Ingat Moms, Anak Butuh Minum Ini Agar Imun Kuat
- Pixabay/Candice_Rose
VIVA – Perkembangan pada si kecil tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi orang tua untuk terus memantaunya mulai dari usia bayi hingga memiliki berbagai kemampuan luar biasa. Kendati begitu, tak sedikit orang tua yang bingung memberikan nutrisi bagi buah hatinya agar mampu tumbuh dengan maksimal dan cemerlang.
Berbicara tentang pertumbuhan dan perkembangan pada anak, terdapat zat gizi makro khususnya protein yang berperan cukup penting di fase ini. Protein sendiri terdiri dari dua jenis yaitu protein nabati dan hewani.
Guru Besar FKM UI Bidang Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH., menjelaskan protein terdiri atas senyawa kimia yang terdiri atas asam-asam amino yang fungsinya adalah membangun dan mengatur sel-sel tubuh. Tubuh memerlukan 20 jenis asam amino, dan 9 diantaranya adalah asam amino esensial yang didapat dari makanan. Makanan seperti apa?
“Protein hewani memiliki asam amino lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Susu adalah salah satu sumber protein hewani terbaik,” jawab Prof. Fikawati, dikutip dari keterangan pers Forum Ngobras.
Dampak kekurangan asam amino
Asam amino esensial yang lebih lengkap inilah yang akan mendukung kerja hormonal di dalam tubuh, termasuk hormon pertumbuhan. Artinya pada anak yang kekurangan asupan asam amino esensial maka tubuhnya akan mengalami kekurangan hormon pertumbuhan. Inilah kemudian yang menyebabkan terganggunya regenerasi sel sehingga tubuh tidak tumbuh dengan baik, bahkan juga dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh.
“Akibatnya, massa otot tidak bertambah yang membuat anak susah berkembang atau bertumbuh. Lalu sering sakit karena sistem kekebalan tubuhnya lemah , juga dapat mengakibatkan stunting yang kemudian berpengaruh pada gangguan kognitif," tuturnya.
Adapun stunting menurut dr. Kurniawan Satria Denta M.Sc. SpA., adalah hasil dari asupan gizi yang tidak adekuat dalam waktu lama atau kondisi status gizi buruk yang dibiarkan dalam waktu lama.
"Kalau gizi buruk biasanya badannya tidak bertambah, tetap jika sudah stunting tinggi badannya pun berpenngaruh,” kata dia.
Pada anak yang sudah mengalami stunting maka akan lebih sulit untuk dipulihkan daripada gangguan status gizi atau pertumbuhan lainnya. “Selain pendek, kerusakan akibat stunting sudah sampai ke otak. Dan hal sulit dipulihkan lagi!” tegas dr. Kurniawan yang berpraktek di RS Mayapada, Jakarta, ini.
Gizi MPASI tepat
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Dr. Erna Mulati, MSc-CMFM menjelaskan yang dimaksud dengan intervensi spesifik adalah intervensi yang dilakukan sebelum dan setelah anak lahir.
Intervensi sebelum anak lahir, sambung Erna, seperti pemeriksaan kehamilan, deteksi dini masalah kesehatan termasuk masalah gizi ibu hamil yang berpengaruh langsung pada pertumbuhan janin.
Sedangkan intervensi setelah anak lahir adalah promosi pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan, pemberian MPASI dengan mengutamakan asupan makanan tinggi protein hewani, hingga pemantauan tumbuh kembang balita. Lantas pada usia berapakah protein hewani idealnya diperkenalkan kepada anak?
Sesuai dengan rekomendasi WHO maupun IDAI, 6 bulan pertama anak hanya mendapatkan ASI tanpa makanan tambahan lainnya. Setelah 6 bulan, mereka diperkenalkan dengan berbagai protein hewani maupun nabati.
“Harus diingat prinsip pemberian MPASI adalah makanan dengan gizi lengkap dan seimbang. Jadi harus mengandung juga karbohidrat, lemak, vitamin serta mineral. MPASI tidak bisa menu tunggal, misalnya hanya lauk, sayur atau buah saja,” jelas dr. Kurniawan.
Lebih lanjut dr. Kurniawan menyebutkan, mulai anak MPASI, susu bisa berperan sebagai sumber protein hewani yang melengkapi. Adapun sumber protein hewani lainnya adalah daging, ikan, atau telur. Untuk anak di atas 1 tahun, sambung dr. Kurniawan, ”Selain susu pertumbuhan, juga dapat diberikan susu UHT atau susu pasteurisasi.”
Gizi pada remaja perempuan
Tercatat, 40% calon pengantin perempuan mengalami anemia dan 35% lagi dalam kondisi kekurangan energi kronik, ceking.
“Kondisi anemia lalu hamil, itu menjadi awal dari masalah kurang gizi pada bayi dan baduta kita,” ujarnya.
Melalui program Generasi Berencana yang menyasar remaja, BKKBN membentuk opini bahwa remaja yang sehat itu adalah yang Indeks Massa Tubuhnya >18,5. Artinya memastikan remaja putri dan calon pengantin pemenuhan nutrisi protein hewani merupakan salah satu strategi penting untuk mencegah stunting dari hulu.
Hal yang sama pun diamini oleh Prof. Sandra Fikawati. Apalagi teknologi fortifikasi pada produksi susu bisa menambahkan zat yang tidak ada atau kurang seperti vitamin A, D, dan Fe (zat besi). Artinya susu bisa menjadi solusi pelengkap untuk mengatasi masalah anemia dan kekurangan gizi kronik yang banyak terjadi di remaja putri.
“Selain itu konsumsinya pun praktis. Bisa diminum tanpa makanan pendamping apapun. Susu bisa satu saja. Telur misalnya, harus dimasak, tidak mungkin mentah. Kalau produk dari susu tidak usah diapa-apa sudah tinggal dikonsumsi,” kata Prof. Sandra Fikawati.
Sedangkan pada ibu hamil, kebutuhan akan asam folat sangatlah esensial untuk mengoptimalkan tumbuh kembang janin. Sehingga asam folat pada susu juga akan menjaga sistem kekebalan ibu hamil dan kehamilan yang dijalankan tetap sehat baik untuk janin maupun ibunya.
Rutin minum susu untuk investasi tulang kuat
Manfaat minum susu sejak dini, ternyata membawa manfaat hingga usia dewasa hingga lanjut usia. Tambah lagi dengan kebutuhan nutrisi yang berbeda, mereka yang lanjut usia (lansia) tetap akan mendapatkanmanfaat dengan rajin minum susu. Pada lansia, kebutuhan protein hewani tetap diperlukan, seperti menjaga kerja sistem kekebalan tubuh tetap optimal, sedangkan susu fortifikasi dengan tambahan kalsium juga bisa menguatkan tulang untuk mengatasiosteoporosis.
Terlebih kebanyakan para lansia juga mengalami penurunan nafsu makan yang tentu berdampak pada asupan nutrisi dalam tubuhnya. Dengan minum susu kandungan nutrisinya yang lengkap bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh tubuh.
“Jadi dari bayi lahir, dewasa hingga lansia, pasti semua butuh karena gizinya lengkap di susu,” pungkas Prof. Sandra Fikawati.