Kerok Lidah Anak Pakai Cincin Bisa Atasi Speech Delay, Benarkah?

Ilustrasi lidah.
Sumber :
  • Pixabay/1045373

VIVA – Speech delay atau terlambat bicara pada anak menjadi sebuah momok di masyarakat. Di mana balita yang sedang berada pada fase belajar bicara, terkadang kesulitan dalam mengungkapkan sebuah kata. Hal ini biasanya akan membuat orangtua disalahkan oleh masyarakat sekitar, baik tetangga maupun kerabatnya. 

Stunting dan Anemia Masih Tinggi di Indonesia, Hasil Studi Temukan Solusi Mengatasinya

Kendati demikian, banyak sekali mitos yang masih dipercaya dapat mengatasi keterlambatan bicara sang anak, salah satunya mengerok lidah dengan menggunakan cincin. Padahal, hal itu sama sekali tidak berdasar dan tidak relevan dengan permasalahan yang ada. 

Bahkan, banyak orangtua yang menganggap bahwa anaknya yang belum bisa bicara seperti anak-anak sebayanya merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dipermasalahkan. Karena nantinya, anak bisa berbicara dengan sendirinya.

Pemilihan Puteri Anak dan Remaja Indonesia 2024, Berikut Daftar Juaranya 

Padahal faktanya tidak sesederhana itu. Anak yang mengalami terlambat bicara akan memengaruhi psikisnya. Bisa jadi anak akan sering tantrum berlebihan, karena ia sulit mengungkapkan keinginannya. 

Ilustrasi anak-anak

Photo :
  • Kredivo
Moms, Begini Cara Mudah Mengukur Kemampuan Anak

Bahkan menurut Ketua DPP Ikatan Terapi Wicara Indonesia (IKATWI), Waspada, S.Tr.Kes, speech delay pada anak dapat berpengaruh pada kognitif dan perilaku sosial si kecil. Tentu saja, ini juga dapat berdampak jangka panjang di masa mendatang. 

Sehingga salah ketika masih ada orangtua yang masih menganggap remeh keterlambatan tumbuh kembang yang satu ini. Selain itu, jumlah kasus speech delay meningkat tajam pada era pandemi ini. Sehingga semakin banyak jumlah anak Indonesia yang mengalami speech delay

"Karena kemampuan berbicara dan bahasa ini berasal dari lingkungan. Sedangkan di masa pandemi anak dibatasi ke luar rumah. Kalau lingkungannya dibatasi, maka pergaulan anak terbatas dan akhirnya membuat kemampuan bicara dan bahasanya kurang berkembang," tutur Waspada, dalam keterangannya, Jumat 20 Mei 2022. 

Atas dasar permasalahan tersebut, maka akan digelar sebuah simposium nasional yang akan mengupas tuntas tentang problematika speech delay di Indonesia. Simposium Nasional dengan tema Membaca Fenomena Speech Delay: Pendekatan Multi Pihak, akan digelar pada Sabtu 21 Mei 2022, di hotel Grand Zuri Serpong, Tangerang Selatan. 

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/anak bermain.

Photo :
  • Freepik/gpointstudio

"Simposium nasional ini sangat penting untuk diadakan, karena kasus speech delay meningkat terutama di masa pandemi yang membuat anak semakin terbatas pergaulannya. Sehingga anak yang mengalami speech delay semakin meningkat tajam," ujarnya. 

"Dan ingat, anak adalah aset bangsa, maka permasalahan ini sangat penting untuk dibahas bersama," sambung Waspada yang juga akan menjadi fasilitator diskusi dalam simposium nasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Akses Sehat dan didukung oleh Generos.

Dia menambahkan, saat ini 20 persen anak mengalami speech delay. Itu artinya jika terdapat 5 juta anak, maka 1 juta anak mengalami speech delay. Padahal anak merupakan aset bangsa yang harus diasuh dan dididik sebaik mungkin demi masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. 

Waspada lebih lanjut mengatakan, speech delay seharusnya diangkat sebagai isu nasional dan menjadi perhatian bersama bagi seluruh elemen yang memiliki kapasitas dan wewenang dalam hal ini. 

"Karena anak merupakan aset bangsa, maka saya ingin semua pihak yang memiliki kapasitas dan wewenang dalam upaya mengatasi speech delay ini terlibat. Sehingga akan ada gerakan yang signifikan untuk mengatasi permasalahan ini," imbuh Waspada.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya