Bermain Bisa Bikin Anak Rajin Belajar, Kok Bisa?

Ilustrasi anak bermain.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Isu-isu di sektor pendidikan, terutama di negara berkembang, memang tidak ada habisnya. Pasalnya, sektor pendidikan terdiri dari berbagai lapisan dan melibatkan banyak pihak yang menentukan bagus atau tidaknya kualitas pendidikan di negara tersebut. 

Hadirkan Inovasi Teknologi Terkini, Ratusan Perusahaan Hadir di Jade 2024

Di Indonesia, misalnya, kualitas pendidikan masih sangat kurang, terbukti dari skor PISA OECD pada tahun 2018, yang menempatkan Indonesia di ranking buncit untuk kemampuan pelajar di bidang sains, matematika, dan literasi. 

Indonesia berada di ranking 70 untuk sains, 72 untuk matematika, dan 73 untuk membaca, dari total 79 negara yang berpartisipasi. Rata-rata skor yang didapat untuk masing-masing mata pelajaran ini pun menunjukkan penurunan dibandingkan riset pada tahun 2015. 

Majelis Masyayikh Sebut UU Pesantren Cetak Generasi Santri Berdaya Saing

Sandeep Devaram, yang lahir dan dibesarkan di India, merasa tertantang untuk ikut berkontribusi memperbaiki kualitas pendidikan melalui platform online. Sandeep mengingat bahwa ibunya selalu menginginkan yang terbaik bagi Sandeep, khususnya dalam hal akademis dan mata pelajaran Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika. 

Anak sekolah.

Photo :
  • Pixabay/Public domain pictures
Israel Tahan 270 Anak Palestina dengan Kondisi Memprihatinkan, Menurut Komisi Urusan Tahanan

Saat kecil, Sandeep bahkan pernah mengutak-atik motor sang ayah dan kipas angin di rumah untuk dijadikan mainan helikopter. Tak heran, kecerdasan terkait pengembangan produk dan logika sudah menjadi 'mainan sehari-hari' bagi Sandeep.

Setelah menyelesaikan gelar sarjana teknik di Birla Institute of Technology and Science, salah satu kampus terbaik di India, Sandeep mengawali kariernya sebagai Software Engineer sebelum beralih profesi sebagai seorang Analis. Ia pun kemudian melabuhkan karier pertamanya sebagai spesialis produk di perusahaan gaming dan akhirnya melanjutkan karier di perusahaan teknologi pendidikan terkemuka di India.

Di saat inilah, ia bertemu dengan Abhay Saboo dan Marc Irawan yang tengah membangun CoLearn, salah satu perusahaan teknologi edukasi yang paling cepat berkembang di Asia Tenggara. Transisi dari dunia gim ke teknologi edukasi memang tak mudah. Namun, pengalaman Sandeep di industri gim justru membekalinya dengan pengetahuan mendalam tentang customer engagement, salah satu kunci keberhasilan mempertahankan loyalitas pelanggan.

Bagi Sandeep, tantangan terbesar yang dihadapi adalah merangkul perbedaan karakteristik pelajar Indonesia dan India. Ia pun dengan cepat menyadari bahwa pelajar Indonesia seringkali merasa matematika adalah mata pelajaran 'momok' dan seringkali pelajar merasa masih minim motivasi atau tidak memiliki rasa percaya diri. 

Sandeep pun berbagi tips tentang cara membuat siswa rajin dan loyal belajar, walaupun secara online. Berkaca dari pengalaman di industri gim, ia percaya bahwa proses pembelajaran harus dibuat seolah-olah seperti sedang bermain, sehingga pelajar bisa menikmati keseluruhan prosesnya. 

Misalnya saja, di platform CoLearn, Sandeep sengaja mengembangkan fitur 'Tanya'. Dengan fitur ini, pelajar bisa mengunggah foto soal-soal latihan ke dalam platform, dan dalam hitungan detik, CoLearn akan menyediakan video penjelasan tentang cara memahami pertanyaan tersebut secara bertahap. 

Tersedia untuk bidang Matematika, Fisika, dan Kimia, fitur ini dinilai akan membuat proses belajar menjadi lebih seru, praktis, dan menyenangkan. Tidak perlu lagi merasa takut ketika mengerjakan soal-soal matematika, karena penjelasannya bisa diulang dan mudah dipahami. 

“Saya percaya, ketika kita menggabungkan unsur kreativitas, logika, dan teknologi menjadi satu, maka tidak ada yang tidak bisa kita kerjakan. Karena itu, saya ingin mendukung para pelajar Indonesia untuk bisa meraih mimpi-mimpi mereka dengan lebih cepat di masa depan,” ungkap Sandeep, dalam keterangannya, Senin 16 Mei 2022. 

Apalagi, Sandeep pun baru saja menyambut kelahiran putri pertamanya. Ia ingin mengajarkan kepada anaknya bahwa belajar adalah sebuah proses yang terus berjalan dalam kehidupan, sehingga tidak ada garis akhir. 

"Karena itu, anak-anak di masa depan akan jauh lebih cerdas, karena mereka bisa turut mengambil pelajaran dari pengalaman orangtuanya yang terdahulu," imbuh Sandeep.

Pemungutan suara atau pencoblosan di pemilu. (Foto ilustrasi).

KPAI Sebut Anak-anak Rentan Jadi Objek Politik Selama Tahapan Pilkada 2024

Pemerintah dan penyelenggara pemilu diminta perhatikan persoalan anak yang rentan jadi objek politik.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024