Kemenkes: Dugaan Hepatitis Misterius Bertambah 19 Kasus
- twitter.com/litbangkemenkes
VIVA – Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., menyampaikan bahwa kasus dugaan hepatitis akut misterius yang terdeteksi angkanya bertambah. Terkini, kasusnya mencapai 19 pada pasien anak di berbagai wilayah di Tanah Air.
Melalui pesan tertulis kepada VIVA, dokter Nadia menyampaikan bahwa saat ini pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih terus melakukan investigasi pada kasus hepatitis akut non-etiologi. Pihaknya mencatat terdapat penambahan kasus hingga nyari 20 pasien.
"Sespek ada 15 kasus dan 4 kasus pending klasifikasi," ujar Nadia, Selasa 10 Mei 2022.
Menurut dokter Nadia, kasus hepatitis akut ini patut diwaspadai oleh para orangtua lantaran banyak mengintai usia anak. Hal ini terbukti tak hanya pada kasus di Eropa dan Amerika, namun juga di Indonesia.
"Usia 1-20 tahun saat ini. Laporan yang ada dari DKI, Jawa Barat, Jawa Timur, Banga belitung, dan Sumatera Barat," tutur Nadia.
Untuk keseluruhan, Nadia menjabarkan, gejala yang dialami mencakup gangguan saluran pencernaan seperti mual dan muntah. Bahkan, pasien cenderung mengalami diare serta perubahan tubuh yang berwarna kuning di mata dan kulit.
"Mual, muntah, diare, dan kuning ya. (Upaya Kemenkes) melakukan peningkatan kewaspadaan sindrom kuning dan kontak investigasi," kata Nadia.
Dalam kesempatan berbeda, Ketua UKK Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Muzal kazim SpA(K), dalam temu media virtual, menuturkan bahwa penularan hepatitis akut misterius ini mudah tertular ke saluran pencernaan. Biasanya, kontaminasi terjadi melalui tangan, alat makan, hingga barang atau makanan lain yang berpotensi masuk ke mulut.
"Masuk lewat mulut, tangan yang sudah terkontaminasi virus tersebut. Masuk ke mulut lewat makanan juga, air juga. Ada sebagian lagi masih diduga ditularkan lewat droplet atau percikan," ujarnya, Sabtu 7 Mei 2022.
Pada dasarnya gejala hepatitis akut misterius didominasi di saluran pencernaan berupa diare, muntah, mual, dan sakit perut. Kondisi ini sebenarnya kerap ditemui karena serupa dengan kondisi anak mengalami mencret atau muntaber. Maka, pertolongan pertama di rumah juga tak jauh berbeda.
"Secara umum pada anak dengan diare dan muntah. Pertama jika ada demam, bisa berikan obat penurunan demam parasetamol. Kalau muntah cukup sering, bisa diberikan obat untuk anti-muntah," kata dokter Muzal.