1 dari 700 Bayi Lahir dengan Kondisi Bibir Sumbing
- Freepik/rawpixel.com
VIVA – 1 dari 700 bayi terlahir dengan kondisi celah pada bibir dan/atau langit-langit mulut atau bibir sumbing. Jika dibiarkan, kondisi dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka untuk jangka panjang.
“Selama 20 tahun kami melihat langsung bagaimana permasalahan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut kerap dihadapi oleh anak-anak Indonesia di berbagai daerah, dan berbagai tingkatan ekonomi,” ucap Country Manager dan Program Director Smile Train Indonesia, Deasy Larasati dalam keterangannya, Kamis, 10 Maret 2022.
Lebih lanjut, Deasy menjelaskan, pihaknya kerap kali bertemu dengan para pasien yang mendapat perundungan atau pengucilan di lingkungannya. Adanya perbedaan fisik yang dialami oleh anak dengan bibir sumbing membuat mereka mengalami penolakan dari lingkungan sekitar berupa intimidasi, ejekan, bahkan pengucilan akibat kurangnya pemahaman masyarakat.
Akibatnya, tidak jarang anak tersebut merasa minder, putus asa, dan kecewa dengan kehidupannya.
“Kami melihat pentingnya upaya nyata untuk meluruskan pola pikir ini dan meluncurkan kampanye Stop Cleft Bullying!, mengajak masyarakat untuk sama-sama lindungi senyum dan kesehatan mental para pasien demi masa depan mereka yang lebih cerah,” kata dia.
Di sisi lain, dia juga menjelaskan bahwa anak-anak yang lahir dengan celah bibir dan/atau langit-langit kemungkinan mengalami berbagai komplikasi kesehatan, seperti kesulitan untuk makan, bernapas, mendengar, dan berbicara dan tidak jarang pula menyasar psikis anak.
Prosedur operasi untuk menutup celah bibir dan/atau langit-langit biasanya dapat menyelesaikan masalah fisiologis. Namun, untuk sebagian anak dibutuhkan perawatan lebih lanjut yang mencakup masalah kesehatan lain.
“Untuk mengatasi hal tersebut, Smile Train Indonesia bekerja sama dengan mitra-mitranya dalam memberikan tidak hanya operasi gratis, tetapi perawatan sumbing komprehensif (comprehensive cleft care) yang meliputi terapi wicara, konseling psikologi, perawatan ortodontis, dan keseimbangan nutrisi,” kata dia.
Selain itu dia menjelaskan, sejak tahun 2002, dia telah menyaksikan langsung bahwa edukasi dan akses terhadap fasilitas kesehatan kerap menjadi kunci agar kondisi sumbing bisa mendapat perawatan yang tepat.
“100.000 operasi yang kita selebrasikan hari ini, tentunya tidak akan terwujud tanpa dukungan utama dari keluarga pasien, rekan-rekan media yang senantiasa membantu kami menyebarkan pesan kebaikan, ratusan rumah sakit yang menjadi mitra kami, para dokter, pekerja sosial, para sponsor, serta mitra kami di TNI dan POLRI yang telah mendukung kami untuk menjangkau lebih banyak pasien dari seluruh Indonesia,” ujarnya.