Asah Kepercayaan Diri Si Kecil, 4 Manfaat Mengenal Seni Membatik
- Dokumentasi
VIVA – Batik menjadi salah satu kekayaan seni yang sudah ada di Indonesia sejak dini. Keberagaman batik juga terlihat begitu khas di tiap daerah sehingga seni tradisional ini bisa diberikan pada anak sejak dini, khususnya di masa pandemi.
Belajar seni dari batik membantu anak-anak mendapatkan pengalaman yang benar-benar menyenangkan, sekaligus juga membangun keterampilan. Dengan seni pula, mampu mengembangkan kreativitas anak tanpa menghambat proses yang sangat penting dari pembelajaran penemuan aktif. Lantas, apa saja manfaat belajar seni khususnya membatik pada anak?
Bahasa
Dari belajar seni, anak akan didorong untuk menjelajahi materi seni dengan bebas dan akan belajar "kata-kata artistik". Misal, orangtua dapat banyak bertanya, seperti: Warna apa itu? Apa yang akan terjadi jika kita mencampurkan dua warna ini? Kita tahu bahwa sementara bahasa sedang berkembang, seni adalah cara yang bagus untuk membantu anak-anak mengekspresikan diri. Ini membantu anak-anak mengatakan sesuatu dengan dan tanpa kata-kata.
Motorik halus dan kasar
Seni membantu anak kecil mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus. Keterampilan motorik halus sangat penting untuk kesiapan sekolah anak dan termasuk memberikan latihan dengan koordinasi tangan-mata, penggunaan tangan bilateral dan menggunakan tangan dan jari kecil untuk memegang spidol, krayon, dan kuas serta membuat coretan dan tanda.
Menggunakan spidol, misalnya, dapat membantu anak mengembangkan pelacakan mata dengan mengikuti matanya saat menambahkan warna atau garis. Nantinya keterampilan ini akan memungkinkan anak membaca dari kiri ke kanan, membentuk huruf, dan bahkan menjumlahkan kolom angka!
Kritis
Seni juga membantu anak-anak untuk memiliki saat-saat untuk memahami sebab dan akibat melalui kesempatan berkreasi menggunakan metodologi Seni Proses, artinya anak-anak belajar sambil melakukan. Misalnya, seorang anak mungkin bereksperimen dengan warna dan berakhir dengan sesuatu yang terlihat berlumpur. Bahkan hasil yang tidak diinginkan pun menawarkan kesempatan bagi seorang anak untuk belajar sambil melakukan. Seni juga menekankan penguatan bahasa dalam membahas warna, bentuk, pola, dan semua aspek proses kreatif, termasuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
Kepercayaan diri
Belajar membatik dan seni lainnya juga membantu membangun kepercayaan diri dan membantu siswa untuk belajar penerimaan, toleransi, dan interaksi yang menyenangkan dengan teman sebayanya. Aspek sosialisasi dari pengalaman belajar pertama juga sangat penting dan menetapkan nada untuk interaksi sosial yang sehat
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk menciptakan keberlangsungan kecakapan hidup serta pelestarian budaya batik di lingkup daerah, Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR) menginisiasi Komunitas Pembatik Cilik, yang merupakan sebuah wadah bagi siswa-siswi lintas sekolah binaan YPA-MDR di satu kecamatan, yang memiliki minat dan bakat dalam membatik.
YPA-MDR telah mulai melakukan pembinaan pilar kecakapan hidup membatik untuk guru-guru dan siswa-siswi di Kecamatan Gedangsari – Kabupaten Gunungkidul dan Kecamatan Pandak – Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta sejak sekitar tahun 2007-2008. Hal ini selaras dengan program Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan Bantul yang menetapkan kegiatan membatik sebagai Muatan Lokal yang masuk ke dalam kurikulum sekolah.
“Tantangannya mengubah mindset anak-anak dalam membatik serta mendidik untuk menjadi seniman pembatik cilik dengan membuat karya dari hati serta membentuk kreatifitas sejak dini” jelas narasumber membatik Komunitas Pembatik Cilik YPA-MDR, Anjani Sekar Arum, dalam keterangan pers.
Kegiatan membatik yang dilakukan oleh YPA-MDR di sekolah binaan, telah mendukung predikat “Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia” yang dinobatkan oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council), salah satunya yaitu ketika Kecamatan Gedangsari terpilih menjadi salah satu destinasi perhelatan Jogja International Batik Biennale (JIBB) tahun 2018 lalu.
"Membatik nggak dilakukan setiap hari karena mereka melakukan pembelajaran, ini membatik jadi ekstrakulikuler untuk mengembangkan bakat dan siswa siswi yang berminat, maka kami berikan sesudah waktu sekolah. Selain untuk melestaikan batik dan budaya Yogyakarta, juga membantu potensi pengembangan potensi industri kreatif," tutur Ketua Pengurus YPA-MDR, Herawati Prasetyo.
Pada acara dengan lingkup internasional tersebut, Presiden World Craft Council Dr. Ghada Hijjawi Qaddumi secara langsung mengunjungi salah satu sekolah binaan YPA-MDR yaitu SMKN 2 Gedangsari, yang dipilih menjadi salah satu perwakilan sekolah yang berhasil melestarikan budaya batik.
"Harapan YPA-MDR adalah bahwa siswa tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga dapat terus mengasah kecakapan hidup serta kepercayaan diri yang dapat menjadi bekal bermanfaat untuk masa depan mereka dan warga sekitarnya,” kata dia.