Anak Mudah Marah Hingga Tak Nafsu Makan, Waspada Aritmia Jantung

Ilustrasi anak marah.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang tidak normal dan dapat membuat kinerja jantung menjadi kurang efisien. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak. 

Menkes Budi Blak-blakan Indonesia Masih Tertinggal dalam Penyediaan Produk Medis Inovatif

Jenis aritmia yang dapat dialami anak-anak, antara lain Takikardia (detak jantung cepat), Bradikardia (detak jantung lambat), Sindrom Q-T Panjang, dan Sindrom Wolff-Parkinson-White.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, menjelaskan, meskipun ada jenis aritmia yang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan tindakan khusus, detak jantung yang tak beraturan tidak boleh dipandang sebelah mata. 

Dikepung Israel, Rumah Sakit Al Awda di Gaza Utara Kehabisan Makanan dan Obat-obatan

"Apabila mendapati gejala yang tidak biasa, sepatutnya orangtua harus waspada mengingat jantung adalah salah satu organ vital tubuh," ujarnya dalam pertemuan media secara daring yang digelar Heartology Cardiovascular Center, Sabtu 19 Februari 2022. 

Anak pemarah.

Photo :
  • U-Report
Liam Payne Ngaku Kecanduan Sejak One Direction, Dikurung di Kamar Hotel dengan Mini Bar

Dokter Dicky turut menjelaskan beberapa gejala aritmia pada anak. Apa saja? 

"Dampaknya akan menjadi lebih serius ketika anak merasakan gejala seperti berdebar, pusing atau keliyengan, tubuh lelah dan lemas, wajah terlihat lebih pucat, sulit bernapas, hilang kesadaran atau pingsan, nyeri pada dada, detak jantung keras atau palpitasi, anak menjadi mudah marah dan kehilangan nafsu makan, serta kejang-kejang," paparnya.

Menurut Dicky, pada kasus berat, aritmia dapat menyebabkan terjadinya stroke bahkan kematian mendadak. Dia Lebih lanjut menjelaskan, cara mengobati penyakit jantung pada anak, seperti aritmia tergantung dari jenisnya. 

"Dulu, satu-satunya cara mengatasi aritmia adalah dengan meresepkan obat-obatan. Tapi pemberian obat pada umumnya tidak efektif karena harus dipantau dengan ketat dan memiliki efek samping yang tidak diharapkan," tuturnya. 

"Saat ini ada pilihan terapi lain bagi pasien aritmia, yakni Ablasi Frekuensi Radio yang menggunakan sebuah instrumen kecil dengan energi panas untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal penyebab aritmia,” kata dia. 

Dicky menjelaskan, tindakan Ablasi 3 Dimensi dilakukan dengan menggunakan HD Grid 3D Mapping System. Teknologi ini diyakini memberikan paradigma baru dalam pemetaan aritmia, baik yang simpel maupun kompleks. 

"Paradigma lama menggunakan kateter bipolar, sedangkan HD Grid menggunakan kateter multipolar dan multidirectional, sehingga dapat mendeteksi gap (celah) yang tidak terlihat oleh kateter bipolar," ujarnya. 

Selain itu, kata Dicky, teknologi pemetaan ini menggabungkan pemetaan magnetik dan impedans secara bersamaan, yang memungkinkan tindakan kateter ablasi dilakukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. 

Ilustrasi jantung

Photo :
  • Times of India

"Hal ini dibuktikan dengan bukti klinis yang menunjukkan bahwa penggunaan HD Grid mampu menurunkan tingkat kekambuhan menjadi hanya sekitar 5-10 persen setahun paska tindakan, yang artinya 5-6 kali lipat lebih baik dibanding teknologi yang lama. Kelebihan lainnya juga dari waktu tindakan yang bisa lebih cepat," kata dia.

Pada aritmia dengan detak jantung lambat, menurut Dicky, penggunaan obat-obatan umumnya tidak efektif, sehingga perlu dilakukan pemasangan alat pacu jantung permanen (Permanent Pacemaker atau PPM). 

"Pada anak, umumnya tindakan ini menjadi lebih sulit karena besarnya ukuran pacemaker. Tetapi dengan perkembangan teknologi, saat ini sudah tersedia alat pacu jantung yang lebih kecil dan tanpa kabel (Leadless Pacemaker)," ujar dokter yang memiliki pengalaman memasang Leadless Pacemaker terbanyak di Indonesia itu.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya