BKKBN: Angka Perceraian Tinggi, Setahun Capai 600 Ribu
- Pixabay/Steve Buissinne
VIVA – Isu tentang kesehatan mental sangat penting, sayangnya masih banyak orang yang mengabaikan. Padahal, menjaga kesehatan mental sama pentingnya seperti menjaga kesehatan fisik.Â
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K), mengungkap, menurut data Riskesdas 2013, kasus mental emotional disorder di kalangan remaja angkanya mencapai 6,1 persen. Kemudian, angka tersebut meningkat secara signifikan menjadi 9,8 persen di tahun 2018.
Â
Sementara kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), mencapai 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400 ribu orang di tahun 2013. Dan di tahun 2018, meningkat menjadi 7 per 1000 penduduk.Â
"Oleh karena itu pesan saya untuk remaja supaya bisa menjadi kontributor sebagai SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul. Untuk menuju Indonesia maju, maka penyehatan tentang jiwa mereka itu penting," ujarnya saat peluncuran Aplikasi Bidanku dari Halodoc, yang digelar virtual, Kamis 3 Februari 2022.Â
Dokter Hasto menilai, isu tentang kesehatan jiwa cukup serius. Sama halnya seperti perang melawan stunting, yang berkaitan dengan kesehatan fisik.Â
"Kalau saya tempatkan yang sangat mengganggu kualitas SDM, pertama stunting, kedua adalah mental emotional disorder. Karena 9,8 persen (emotional disorder), stunting 24,4 persen," tuturnya.Â
Ia menambahkan, "Karena itu, pesan saya buat keluarga mari anak-anak kita urus dan ayomi betul jangan sampai anak-anak menjadi bagian dari mental emotional disorder," kata.Â
Lebih lanjut Hasto mengungkap, akibat dari gangguan kesehatan mental ini tidak main-main. Salah satunya, angka perceraian yang tergolong tinggi di Indonesia.Â
"Hari ini perceraian tinggi. Dalam arti, mulai tahun 17,18, (2017, 2018) permohonan cerai itu bisa 600 ribu setahun. Yang dikabulkan 350 ribu setahun. Yang nikah 2 juta setahun. Sehingga ini menjadi darurat. Kalau ini terjadi, single parent tinggi, anak-anak juga kurang terurus," tuturnya.Â
Oleh karena itu, Hasto menyarankan, agar kita dapat mengurus keluarga dengan baik, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.Â
"Toxic people, toxic relationship, toxic friendship, banyak sekali terjadi. Ini yang luput dari perhatian. Itulah other problem-nya di situ. Mudah-mudahan diperhatikan nanti," kata dr. Hasto Wardoyo.