Tak Ada KIPI Berat Vaksinasi COVID-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun

Ilustrasi penyuntikan Vaksin COVID-19
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Pemerintah sudah mulai melakukan program vaksinasi COVID-19 anak usia 6 hingga 11 tahun pada Selasa, 14 Desember 2021. Pemberian vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6-11 tahun ini begitu penting, lantaran proporsi kasus COVID-19 pada anak berdasarkan data Satuan Tugas COVID-19 Nasional hingga Kamis 16 Desember 2021 mencapai 13 persen.

Ini Cara Mengatasi Tantangan Imunisasi di Daerah dengan Akses Terbatas

Selain itu, vaksinasi pada anak usia 6-11 tahun itu penting karena anak dapat tertular dan atau menularkan virus dari dan ke orang dewasa di sekitarnya walau tanpa gejala.

Tiga hari pasca program vaksinasi COVID-19 pada anak usia 6 hingga 11 tahun, Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR.Dr. Hartono Gunardi, Sp.A (K) mengungkap bahwa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang umumnya dirasakan anak usia 6 hingga 11 tahun bersifat ringan dan sistemik.

Mampu Tangani Berbagai Penyakit, Terapi Sel Punca Diyakini Jadi Masa Depan Layanan Kesehatan Indonesia

"KIPI umum ringan dibagi dua, lokal dan sistemik. Untuk lokal, itu nyeri di lokasi suntikan, nyeri kemerahan, bengkak. Kalau sistemik itu lemas, mengantuk, anget-anget atau demam," kata dia dalam virtual conference, Jumat, 17 Desember 2021.

Ilustrasi vaksin.

Photo :
  • U-Report
Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

Di sisi lain, untuk KIPI berat pasca vaksinasi COVID-19 sendiri belum ada.

"Sementara ini tidak ada KIPI yang langsung disebabkan dari vaksinasi tersebut. KIPI lokal bersifat ringan, gejala ringan, tidak ada berat yang disebabkan langsung dari vaksin COVID-19 ini," kata dia.

Di sisi lain, Ketua IDAI, Dr.  Piprim Basarah Yanuarso Sp.A (K) juga mengimbau orangtua untuk menyelesaikan vaksinasi rutin buah hati mereka. Vaksinasi rutin juga tidak kalah pentingnya dengan vaksinasi COVID-19.

"Cakupan vaksinasi rutin harus dikejar, karena beberapa penyakit berbahaya dapat dicegah diimunisasi. Contoh untuk difteri dari 30 ribu kasus yang meninggal seribu. Kalau COVID-19 ini di bawah 1 persen. Jadi jangan hanya fokus pada vaksinasi COVID-19 saja. Vaksinasi rutin penting untuk mencegah penyakit yang lebih berbahaya," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya