Waspada Speech Delay pada Anak, Kenali Tanda-tandanya

Ilustrasi anak-anak .
Sumber :
  • internetretailing.net

VIVA – Sebagai orangtua, pasti ingin anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal. Maka, orangtua harus mewaspadai tentang gangguan yang bisa menghambat perkembangan anak. Salah satunya speech delay atau keterlambatan bicara. 

Simulasi Pemberian Makan Bergizi Gratis Diuji Coba di 4 Sekolah Sulawesi Utara

Speech delay merupakan kemampuan bicara anak yang masih di bawah standar seusianya. Anak yang mengalami speech delay, kurang mampu dalam mengungkapkan kata-kata dan sulit untuk diajak komunikasi dua arah. 

Ketika hal tersebut terjadi, anak kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Lalu, seperti apa tanda-tanda yang harus diwaspadai orangtua ketika anak terindikasi mengalami speech delay? 

Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Nenek di Jaksel, Ibu Berharap Kasus Anaknya Bisa Disetop

Sebelum mengetahui tanda-tanda speech delay, orangtua harus paham mengenai faktor-faktor penyebab speech delay pada anak. Adapun faktor speech delay, pertama, adanya faktor bawaan atau genetik. 

Umumnya, faktor ini dialami bayi yang lahir prematur, bayi yang mengalami sindrom tertentu, dan bayi yang mengalami gangguan saraf otak. Kedua, dapat disebabkan dari pola asuh anak. Kurangnya stimulasi bicara dan bahasa oleh orangtua dapat menyebabkan anak terlambat bicara. Terlebih, jika anak terlalu banyak bermain gawai atau screen time.

Momen Unik! Ayah ini Syok Ketika Mobil Koleksi Kesayangannya Dijadikan Mainan oleh Anaknya

Dokter Spesialis anak, dr. Ajeng Indrastari, Sp.A, menjelaskan, tanda-tanda speech delay pada anak dapat dilihat dari perkembangan bicara dan bahasa pada anak sejak lahir.

"Bayi 0-3 bulan ternyata saat kita ajak komunikasi, mengeluarkan suara 'eng-eng' ternyata sedang berbicara. Setelah tahapan tersebut, bayi biasa babbling," ujarnya di acara Fiveghthing Jungle Babies Bogor bersama Vitamin Generos di Bogor, yang digelar baru-baru ini. 

"Ketika anak 12-18 bulan sudah bisa bicara minimal 3-6 kata dengan aktif, umumnya memanggil mama dan papa. Namun, ketika anak perkembangannya tidak sesuai dengan usianya, maka orangtua harus mewaspadai tentang perkembangan bicara anak," ujar dia. 

Dokter Ajeng melanjutkan, orangtua harus aktif dan peka terhadap grafik perkembangan anak melalui imunisasi atau saat kontrol ke dokter anak. Saat kunjungan, umumnya orangtua dapat berkonsultasi tentang pemantauan pertumbuhan anak yang terlihat di kolom atau grafik perkembangan anak buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). 

Permasalahan speech delay pada anak sudah banyak dialami oleh orangtua di komunitas Babies Bogor. Orin, Ketua Babies Bogor menceritakan, anaknya juga pernah mengalami speech delay. 

"Anak saya saat umur dua  tahun sudah bisa memanggil mama papa. Namun, saat anak saya sudah mulai mengenal gawai, panggilan tersebut hilang. Jadinya harus sering distimulasi dan melakukan komunikasi. Speech delay di komunitas ini memang sering dialami oleh anggota Babies Bogor," ucapnya saat ditemui tim Generos.

Dampak speech delay

Speech delay berkaitan dengan bahasa verbal anak. Ketika anak berinteraksi atau bersosialisasi, anak membutuhkan kata-kata ataupun bicara. Namun, nyatanya anak dapat bersosialisasi dengan anak lain atau anak seumuran tidak hanya menggunakan bahasa verbal tapi juga bisa menggunakan bahasa tubuh. 

Ajeng mencontohkan, ketika anak berusia dua tahun baru bisa mengucapkan satu atau dua kalimat, dia cenderung menggunakan bahasa tubuh untuk berbicara dengan temannya. 

"Misalnya cuma 'ehh ehh' dengan menatap mata temannya. Secara tidak langsung mereka sudah berinteraksi. Namun, ketika anak sudah memasuki usia 5 tahun mengalami keterlambatan bicara, anak akan kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain," kata dia. 

Maka, menurut Ajeng, orangtua perlu memberikan stimulasi secara intensif mulai dari keluarga inti dan mencukupi asupan nutrisi yang baik untuk anak.

Tips ajarkan anak bersosialisasi

1. Berikan stimulasi bicara

Tips pertama menurut Ajeng adalah memberikan stimulasi bicara mulai dari keluarga inti. Orangtua harus aktif dalam berkomunikasi mengenai kegiatan anak sehari-hari. 

"Saat anak sudah mulai bicara dengan keluarga inti, seperti dengan orangtua atau saudara-saudaranya, maka selanjutnya orangtua dapat mengajarkan anak bersosialisasi dengan kerabat lain. Namun perlu diingat bahwa saat pandemi orangtua perlu lebih waspada dalam mengenalkan anak saat bersosialisasi. Pastikan agar orang yang ditemui anak dalam keadaan sehat," terang dia. 

2. Pemberian nutrisi tambahan yang cukup Generos vitamin nutrisi otak anak dapat membantu anak lancar bicara. Orangtua bisa menstimulasi bicara anak sembari memberikan vitamin ini. Karena vitamin ini mengandung lima bahan alami yang membantu mengaktifkan saraf otak anak agar lancar bicara. 

"Ketika anak sudah bisa menyesuaikan perkembangan bicara dan bahasa sesuai usianya, orangtua akan lebih mudah dalam mengajarkan anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya atau orang lain," tutur dia. 

Bicara dan bahasa pada anak merupakan perkembangan yang penting dan harus diawasi oleh orangtua. Orangtua perlu meluangkan waktunya untuk anak, memerhatikan setiap kebutuhan dalam tumbuh kembangnya dan menstimulasi anak agar tumbuh kembangnya optimal. 

"Pemberian stimulasi bicara dengan benar dan pemberian vitamin dapat membantu anak agar mudah dalam bersosialisasi dan berkomunikasi secara aktif,"  kata dr. Ajeng Indrastari.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya