Ini Alasan Pandemi Picu Kenaikan Angka Stunting

Ilustrasi bayi/anak/parenting.
Sumber :
  • Freepik/bristekjegor

VIVA – Dampak pandemi terhadap stunting terasa begitu nyata saat banyak orang khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan di sekitar. Bukan tanpa sebab, penularan COVID-19 yang kasat mata, disertai munculnya varian baru Omicron yang akhirnya berkaitan dengan kenaikan angka stunting pada anak. 

PKN Besutan Anas Urbaningrum Siap Bantu Prabowo Entaskan Masalah Stunting

Salah satu faktor utamanya adalah akses terhadap makanan bergizi, sanitasi, maupun air bersih, yang dialami keluarga berpenghasilan rendah maupun kehilangan pendapatan selama pandemi. Hal itu rupanya berdampak besar pada kebutuhan gizi anak-anak selama pandemi.

"Kalau kita bicara dampak pandemi, ada beberapa dampak, memang pasti ada dampaknya ya, berapa besarnya sedang di dalam beberapa kajian," kata pelaksana tugas (Plt) Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes drg. Kartini Rustandi dalam acara virtual KCPEN bertajuk Bebas Stunting di Masa Pandemi, Selasa, 30 November 2021.

Stunting dan Anemia Masih Tinggi di Indonesia, Hasil Studi Temukan Solusi Mengatasinya

Bukan hanya itu, selama pandemi kerap terjadi kenaikan angka stunting lantaran kekhawatiran para orangtua membawa si kecil ke fasilitas kesehatan sebagai langkah pencegahan. Padahal, puskesmas bisa menjadi tempat anak melakukan pemeriksaan rutin dan diimunisasi sehingga terdeteksi jika ada gangguan pertumbuhan dan perkembangannya.

Ilustrasi bayi/anak/anak tidur.

Photo :
  • Freepik/javi_indy
Benarkah Ikan Bisa Atasi Depresi Ibu Hamil? Begini Kata Ahli Gizi

"Itu dulu. Tetapi sudah ada upaya-upaya bagaimana kita mempersiapkan atau membantu masyarakat untuk bisa melakukan pemeriksaan pada ibu hamil, juga pemeriksaan pada anak-anak, bayi-bayi, dan anak balita untuk mendapatkan atau memantau pertumbuhan perkembangannya," imbuh Kartini.

"Kuncinya ada pada masa kehamilan. Ibu hamil harus rajin ukur berat badan dan lingkar lengan," terangnya lagi.

Ada pun masalah stunting sebenarnya bisa dicegah sejak dini pada para perempuan. Hal itu bisa dimulai sejak remaja, melalui pola makan yang tepat serta melakukan pemeriksaan rutin sebelum menikah dan saat hamil maupun setelah bayi lahir.

"Bagaimana mencegah dari ibu-ibu yang akan hamil, bahkan sejak remaja. Bagaimana membuat remaja itu menjadi sehat, kemudian ibu-ibu yang akan hamil siap hamil dan selama hamil itu harus dalam kondisi yang sehat. Setelah bayi lahir, mendapat ASI dan juga mendapat pola makan yang sehat dan apabila dia mengalami kekurangan gizi, maka kita akan memberikan makanan tambahan," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya