Faktor Risiko Melahirkan Caesar Bagi Ibu dan Anak

Ilustrasi melahirkan bayi.
Sumber :
  • Pixabay.com/cynthia_groth

VIVA – Berdasarkan riset dari organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah persalinan caesar terus meningkat secara global dengan jumlah lebih dari 1 di antara 5 (21 persen) dari semua kelahiran. Sementara, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, angka prevalensi persalinan caesar hampir mencapai 18 persen.

Kisah Anak SMP Sudah Hamil, Suami Sibuk Main Bola saat Istri Mau Melahirkan

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Dr. dr. Rima Irwinda, SPOG(K) mengatakan, setiap ibu yang merencanakan kehamilan maupun mempersiapkan persalinan sebaiknya melakukan deteksi dini apakah memiliki faktor risiko ibu yang menyebabkan kehamilan berisiko tinggi dan memengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin, atau keduanya, sehingga harus menjalani operasi caesar.

Beberapa faktor pemicu kehamilan berisiko tinggi di antaranya adalah kondisi fisik (tinggi badan kurang dari 145 cm, panggul sempit, dan umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun), kondisi medis sebelum hamil (penyakit hipertensi, obesitas, diabetes, jantung, ginjal kronis, riwayat keguguran, atau riwayat kelainan genetik keluarga), kondisi medis yang timbul saat hamil (preeklamsia, gestational diabetes, tiroid), kondisi kehamilan terkait komplikasi (prematur, kembar, placenta previa), kondisi janin yang terkadang baru terlihat saat di USG dan pilihan gaya hidup ibu.

Bidan Muda Ubah Kebiasaan Masyarakat, dari Percaya Dukun Beranak ke Tenaga Medis

Ilustrasi hamil/ibu hamil.

Photo :
  • Freepik/lookstudio

Dokter Rima menambahkan, ibu juga perlu memiliki pemahaman tentang keuntungan dan risiko dari metode persalinan yang dipilih atau yang harus dijalani. Beberapa risiko dari metode caesar yang bisa mempengaruhi kondisi ibu seperti adanya risiko kematian yang sedikit lebih tinggi dibandingkan jika melahirkan secara normal

Viral Wanita Tiba-tiba Melahirkan Tanpa Merasa Hamil, Begini Penjelasan Ahli

“Ada risiko kematian sedikit lebih tinggi 13 per 100 ribu dibandingkan kelahiran per vagina 3,5 per 100 ribu,” kata dia dalam kegiatan Bicara Gizi yang bertema ‘Rencanakan Persalinan secara Matang dengan Tes Potensi Caesar’, Rabu, 27 Oktober 2021.

Kemudian risiko lainnya adalah infeksi luka operasi, risiko perdarahan yang jauh lebih besar, perlukaan organ saat proses sayatan seperti kandung kemih atau usus, hingga perlekatan pasca operasi, komplikasi akibat anestesi serta pembekuan darah yang menyumbat paru.

Selain risiko yang dihadapi ibu, metode kelahiran juga dapat berpengaruh pada kesehatan si kecil.

Ilustrasi bayi/anak/parenting.

Photo :
  • Freepik/bristekjegor

Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi dr. Molly D. Oktarina, SpA(K) menjelaskan, salah satu risiko metode kelahiran caesar adalah menyebabkan gangguan keseimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran pencernaan si Kecil. Padahal kolonisasi mikrobiota saluran cerna yang didominasi oleh mikrobiota sehat merupakan aspek penting dalam menjaga daya tahan tubuh si Kecil.

Oleh karena itu, Molly menjelaskan, orangtua dapat mengoptimalkan sistem daya tahan tubuh anak kelahiran caesar dengan cara mengembalikan kesimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran cernanya.

"Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi anak usia 0-6 bulan yang mengandung nutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan kandungan lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan si Kecil. ASI juga mengandung prebiotik dan probiotik yang berkontribusi dalam mengembalikan keseimbangan mikrobiota pada saluran cerna si Kecil. Karena itu, pastikan ibu menyusui mengonsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang, ” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya