Keguguran Berulang, Waspadai Gejala Penyakit Autoimun
- pixabay
VIVA – Meningkatnya kasus penderita autoimun belakangan ini didukung oleh data The Lupus Foundation of America yang memperkirakan ada 16 ribu kasus baru penyakit autoimun lupus setiap tahunnya di seluruh dunia. Sayangnya, kesadaran masyarakat terhadap penyakit autoimun saat ini masih rendah karena gejalanya yang bervariasi dan menyerupai beragam penyakit lainnya.
Dijelaskan dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Stevent Sumantri, DAA, SpPD, K-AI bahwa penyakit imunitas kerap disalahartikan dengan penyebab penurunan daya tahan tubuh. Padahal, penurunan imunitas tak melulu menjadi tanda penyakit autoimun.
"Kadang-kadang ada orang yang bermasalah dengan imunnya ternyata disebabkan bukan karena sistem imun yang bermasalah. Ternyata karena dia stres berkepanjangan," ujar dokter Stevent saat acara virtual bersama DBS, baru-baru ini.
Lebih dalam, Stevent menyebut bahwa penanganan autoimun harus dilihat secara keseluruhan dan tak hanya satu tanda. Serta, tak bisa ada yang tertinggal lantaran terdapat lebih dari 150 kondisi autoimun yang pada setiap kondisinya menimbulkan gejala yang berbeda.
Gejala-gejala yang umum terjadi di antaranya adalah mengalami keluhan yang menahun dan tidak membaik.
"Pertama adalah kalau kita merupakan populasi kunci, yaitu wanita usia produktif. Kedua, kalau kita mengalami keluhan yang sifatnya menahun. Misal mengalami brain fog, kesulitan konsentrasi yang terus menerus, kelelahan, nyeri sendi, sakit otot, gangguan cerna yang tidak membaik selama berminggu-minggu," imbuhnya.
Selain itu, gejala yang patut diwaspadai adalah keluhan berulang seperti keguguran yang lebih dari sekali. Gangguan pada reproduksi ini patut dicurigai adanya kondisi autoimun.
"Atau bisa juga keguguran yang berulang, kesemutan, itu sering kali juga disebabkan karena kondisi autoimunitas. Bahkan ketidaksuburan pun pada saat ini juga dicurigai beberapa orang disebabkan oleh autoimun," paparnya.
Apabila ada gejala tersebut, dokter menyarankan agar bisa mengatasinya dengan bijak. Dimulai dengan benar-benar mengenali penyebabnya apakah benar karena kesalahan sistem imun atau hanya adanya kelelahan dan stres berkepanjangan. Dianjurkan untuk konsultasi pada dokter spesialis yang berpengalaman di bidangnya.
"Tapi kalau masih tetap curiga, jangan langsung datang ke saya sebagai konsultan gitu ya. Namun bisa datang dulu ke dokter spesialis penyakit dalam misalnya untuk orang dewasa. Atau ke dokter spesialis anak untuk anak-anak di bawah 15 tahun agar dilakukan evaluasi dulu nih kira-kira apa benar penyebabnya karena autoimun," saran dokter Stevent.