Rendah Konsumsi Susu Picu Stunting, Kok Bisa?

Gerakan Nasional Indonesia Bebas Stunting 2030
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia, dan dapat berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa di masa depan. Banyak hal yang menjadi faktor stunting, termasuk asupan gizi yang kurang tepat.

Inovasi dan Adaptasi Teknologi Informasi Penting Bagi Program PKK

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, konsumsi susu di Indonesia rerata hanya 16,27 kg/kapita/tahun. Angka ini jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (36,2/kg/kapita/tahun), Myanmar (26,7kg/kapita/tahun) dan Thailand (22,2kg/kapita/tahun). 

Pencegah stunting

Empowering Communities and Technology to End Stunting in Indonesia

Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan menjaga kuantitas dan kualitas gizi yang dikonsumsi ibu dan anak, seperti konsumsi susu yang mengandung berbagai protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Susu mengandung protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.

"Agar terhindar dari kekurangan gizi mikro seperti anemia defisiensi besi hingga kekurangan gizi makro seperti gizi buruk yang berujung stunting," ujar Prof. dr. Mohammad Juffrie, SpA(K), PhD., FKGM Universitas Gadjah Mada, dalam acara virtual bersama Danone Indonesia, baru-baru ini.

Wamendagri Ribka Sosialisasikan Program Makan Bergizi Gratis di Kabupaten Jayawijaya

Dimulai sejak masa kehamilan

Masa kehamilan menjadi hal terpenting untuk membangun gizi baik pada anak namun kerap dilupakan. Dikatakan Prof. Juffrie, pemenuhan gizi ibu hamil dengan cara mengonsumsi susu serta asupan gizi seimbang.

"Minum susu disertai prinsip gizi seimbang bagi ibu hamil turut mencegah bayi lahir pendek atau stunting," kata Prof. Juffrie.

Setelah itu, anak bisa diberikan ASI Eksklusif disertai Makanan pendamping setelah usia 6 bulan. Tak lupa, di masa ini pula orang tua harus memperhatikan sanitasi dan kebersihan saat memberikan asupan makanan pada anak.

"Susu yang berkualitas dapat berasal dari susu segar maupun susu terfortifikasi, dan perlu disertai dengan konsumsi gizi seimbang lainnya," tutur Prof. Juffrie

Susu terfortifikasi

Produksi dan konsumsi susu juga ditentukan dari dunia usaha yang membawa inovasi serta menyediakan akses gizi bagi masyarakat. Selain susu segar, susu berkualitas yang mudah ditemui di masyarakat adalah susu terfortifikasi yang telah dilengkapi dengan gizi penting seperti protein, zat besi, vitamin C atau vitamin dan mineral lainnya.

Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, Medical Science Director Danone Indonesia mengungkapkan pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mendukung penyediaan serta konsumsi susu yang berkualitas. Sebab, risetnya menemukan bahwa permasalahan anemia yang dialami sekitar 48.9% ibu hamil dan sekitar 1 dari 3 anak di Indonesia.

Melalui fasilitas riset bertaraf dunia Danone Nutricia Research – Sarihusada R&I Center di pabrik Sarihusada, timnya pun mengembangkan produk dengan zat gizi atau bahan yang inovatif dengan bioavalibiltas yang baik serta memiliki nilai gizi yang bermanfaat untuk membantu pemenuhan zat gizi ibu hamil dan anak Indonesia.

Salah satu contoh zat gizi inovatif yaitu IronC yang merupakan kombinasi zat besi dan vitamin C untuk membantu pemenuhan gizi zat besi pada anak.

"Inovasi produk susu kebutuhan medis khusus juga kami lakukan untuk membantu pemerintah mengatasi masalah growth faltering dan pencegahan stunting pada anak Indonesia," kata Ray.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya