Orang Tua Bertentangan Pola Asuh Anak dengan Kakek-Nenek? Ini Tipsnya
- Freepik/bristekjegor
VIVA – Beberapa pasangan suami-istri yang telah memiliki anak biasanya mengalami konflik dengan orang tua atau mertua mereka perihal pola pengasuhan anak. Misalnya saja, ketika anak berbuat salah dan suami-istri tersebut memberikan tindakan tegas kepada anak mereka namun dianggap salah di hadapan orang tuanya.
Hal ini memang sering terjadi. Lantas apa yang harus kita lakukan? Terkait dengan hal itu, Psikolog anak, Ratih Zulhaqqi, M.Psi angkat bicara.
"Fakta, walau sebenarnya bisa dijembatani artinya perbedaan tadi itu tidak berujung pada konflik. Tapi harus dijembatani perbedaan itu tidak berujung pada konflik, harusnya berujung pada anaknya sama-sama diasuh kakek nenek dan orang tua sama-sama mencintai anak ini dengan cara yang berbeda," kata Ratih dalam program Hidup Sehat TVOne, Kamis 10 Juni 2021.
Dijelaskan oleh Ratih, ada beberapa hal yang sifatnya prinsip dan harus dibicarakan. Seperti aturan screen time, aturan makan tidak boleh sambil nonton televisi. Ada beberapa hal yang bisa mengganggu perkembangan anak itu harus dibicarakan baik-baik.
"Yang namanya perbedaan ketika tidak dijembatani oleh orang tua, kakek dan nenek akan menimbulkan dampak. Pertama anak menjadi bingung mau pegang aturan mana, kakek nenek boleh, di orang tua enggak boleh jadi ke nenek kakek atau akhirnya kalau anak gak dapetin dari orang tua dia akan mengancam mau ke kakek nenek kalau orang tua gak bisa kasih, itu kan akhirnya menimbulkan tripsy, orang tua jadi bete anak jadi tidak patuh," kata dia.
Lebih lanjut, Ratih menjelaskan ketidakharmonisan antara pasangan suami-istri dengan orang tua mereka bisa berdampak pada kondisi mental anak-anak. Dijelaskan Ratih, secara mental semua konflik akan berdampak pada anak. Namun bisa dilihat apakah itu cukup traumatik atau tidak.
"Kalau konflik yang terjadi antara kakek-nenek dengan orang tua kalau cucu dekat dengan kakek-nenek akan berdampak apalagi kalau ributnya sampai ke bawa seperti marah-marah, teriak-teriak, pasti anak akan merasa bingung dan ada kemungkinan cucu merasa saya penyebab mereka bertengkar jangan sampai anak-anak merasa mereka menjadi sumber masalah, karena yang diributkan pola pengasuhan," kata dia.
Ratih pun menegaskan, agar adanya rapat internal kalau memang Anda tinggal dengan orang tua, harus diterima akan ada pola pengasuhan tiga generasi, yakni orang tua ke anak kita, kita ke anak kita, maka hal itu perlu dibicarakan.
"Selama gak pengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak misalnya aturan main gadget gak dikasih ortu dikasih ibu," kata dia.
Ratih pun memberikan tips agar orang tua milenial saat ini bisa berbicara kepada orang tua mereka untuk mempercayakan pola asuhnya kepada mereka tanpa harus menyakiti perasaan kedua orang tuanya. Yang utama kata Ratih adalah dengan berbicara dari hati ke hati dengan suasana santai.
"Sebenarnya situasi dibuat santai supaya orang tua tidak merasa diserang. Kita perlu ucapkan terima kasih karena sudah bantu jaga anak kita, sudah bantu berikan aturan tapi dari situ kita perlu pertegas atau berikan aturan yang jelas kakek-nenek. Kita butuh bantuan bisa mewujudkan pakem-pakem parenting orang tua," kata dia.
Sedangkan jika Anda memiliki orang tua yang sedikit lebih galak, Ratih menyarankan agar Anda bisa mencari waktu yang tepat. Upayakan pembicaraan Anda dengan orang tua tidak menimbulkan kebencian.
"Jadi kalau tipikal agak sulit kaku perlu cari waktu yang tepat kalau perlu ada waktu tripsy, upayakan tripsy tersebut tidak menimbulkan kebencian. Ada beberapa hal orang tua yang memilih diam-diam saja dan kucing-kucingan dan akhirnya tidak disarankan, karena orang tua akan merasa bahwa anak saya begini, saya seperti ditusuk dari belakang, tidak dihargai," katanya menggambarkan.