Dear Para Ibu, Ini Trik Tepat Bicarakan Menstruasi ke Anak

Emotikon menstruasi
Sumber :
  • Plan UK

VIVA – Menstruasi kerap dianggap sebagai suatu hal yang tabu dan tak perlu dibicarakan terlampau jauh oleh anak. Padahal, edukasi menstruasi yang tepat sangat dibutuhkan oleh para remaja, khususnya kaum hawa.

KPAI Tolak Mentah-mentah Wacana Wakil Menkeu soal Pengenaan Pajak pada Judi Online

Ibu menjadi sosok yang sebenarnya paling tepat dalam membicarakan seluk beluk menstruasi pada anak-anaknya. Hal tersebut untuk menghindari kesalahan dalam merawat area intim yang berbau mitos di masyarakat.

“Ibu adalah yang paling diharapkan, karena ibu punya segala informasi, jadi perlu banget dibekali. Dan jangan sampai disampaikan dengan sesuatu yang berbau mitos,” ujar psikolog Anna Surti Ariani S.Psi., M.Si dalam acara virtual bertajuk Sehat dan Bersih Saat Menstruasi, beberapa waktu lalu.

PPATK Ungkap 197 Ribu Anak-Anak Terpapar Judi Online di Indonesia

Lantas, bagaimana ya cara tepat untuk membicarakan menstruasi pada anak, baik itu ke perempuan maupun laki-laki? Berikut triknya.

Situasi santai

Bukan Cuma Tugas Guru, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua Buat Kembangkan Potensi Anak Sejak Dini

Bukan hal yang mudah membangun pembicaraan terkait area kewanitaan dan organ reproduksi pada anak. Bahkan, pembicaraan ini kerap dihindari karena merasa kurang nyaman, Untuk itu, para ibu bisa memulainya dengan membuat situasi yang santai agar diskusi bisa terasa lebih intim dan nyaman.

"Lumayan positif. Kesehatan reproduksi remaja secara umum jadi lebih baik karena kebersihan dijaga dan dia tahu menghindari diri dari hal-hal negatif untuk dirinya," ujar Nina, sapaan akrabnya.

Ia menambahkan, "Sebaliknya kalau tidak dibicarakan, bisa memunculkan berbagai emosi negatif seperti marah, takut, cemas, dan malu. kemudian, ketidaksiapan menghadapi menarke, terjadi kesalahpahaman tentang menstruasi.”

Bangun kesadaran menjaga kesehatan

Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Jakarta, itu menyampaikan bahwa membicarakan menstruasi bukanlah hal yang tabu. Apabila ibu tak membicarakannya, anak malah akan mencari informasi ke tempat lain dan jawaban yang kurang tepat.

Justru, dengan memberi edukasi tepat, maka ibu membantu anak menyadari pentingnya menjaga kesehatan reproduksinya sejak dini.

“Justru penting banget untuk meningkatkan kesehatan reproduksi, karena ini baik untuk generasi perempuan ke depannya,” kata Nina.

Diulangi terus menerus

Informasi yang tepat, tidak cukup hanya diberikan satu kali saja. Nina menyebut, anak butuh diberikan informasi secara berulang agar makin memahaminya.

“Lakukan pembicaraan berulang kali. Kita enggak bisa pakai sistem kebut, kita saja mengajari anak matematika saja harus berulang kalau anak enggak ngerti,” katanya.

Terbuka dan positif

Saat membuka pembicaraan, kata Nina, para ibu seharusnya memberi dialog secara terbuka. Banyak berikan kalimat tanya dibanding langsung menasehati, atau bahkan menyudutkan anak.

“Daripada kita menasihati, lebih baik bertanya dan berdiskusi. Dan ini perlu dikuasai. Seperti ‘Kamu pernah tahu enggak kalau teman-teman kamu sudah pernah mens? Mereka cerita apa?’ begitu,” tuturnya.

Sikap positif juga diperlukan agar anak tak lagi merasa sensitif atas obrolan tersebut. Apabila anak terlihat tersinggung, segera ganti obrolan dengan hal yang lebih ringan untuk mengalihkannya.

“Penting buat kita untuk tetap bersikap positif. Kadang-kadang kalau ngobrolin menstruasi anak sudah marah. Jadi ya perlu positif,” Nina berpesan.

Informasi tepat

Sekali lagi, topik soal menstruasi harus dijabarkan dengan tepat dan bukan dengan perumpamaan. Nina menyampaikan bahwa para ibu tak perlu sungkan menyebutkan anatomi tubuh anak dan menyebutkannya secara konkret.

“Jelaskan secara konkret. Jangan sampai kita pakai kalimat yang sulit, tapi pakai saja gambar anatomi tubuh sederhana. Seperti ovarium, uterus, dan tuba falopi,” ujarnya.

Beri pemahaman pada anak laki-laki

Bukan hanya pada anak perempuan, edukasi soal menstruasi sangat dibutuhkan remaja laki-laki. Hal ini bertujuan agar anak laki-laki lebih peka akan perubahan yang terjadi saat menstruasi yang dirasakan anak perempuan sehingga akan timbul rasa menghargai.

"Jadi jangan sampai si anak laki-laki mengejek anak perempuan yang lagi menstruasi. Dan kita berharap anak laki-laki bisa membantu jika diperlukan, misal jika temannya perempuan lagi bocor, dia bisa bantu nutupin,” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya