Ternyata Ini Penyebab Banyak Anak Alami Gangguan Gizi dan Kesehatan

Ilustrasi anak
Sumber :
  • Freepik/gpointstudio

VIVA – Sebanyak 6 ribu guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), siap menjadi laskar untuk mengedukasi keluarga dalam upaya menciptakan Jakarta sehat, sejahtera dan bahagia. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum PP HIMPAUDI, Prof. Dr. Ir. Netty Herawati M.Si.

Dijalankan Januari 2025, Anggaran Program Makan Bergizi Gratis Rp 15.000 per Anak

Menurut dia, banyak potensi besar yang bisa dilakukan oleh guru-guru PAUD untuk mewujudkan Jakarta Cerdas, Sehat dan Bahagia.

"Guru PAUD ini mendidik anak-anak generasi bangsa, mereka juga bisa menjadi pionir perubahan bangsa," ujarnya saat webinar Edukasi Gizi yang diselenggarakan HIMPAUDI bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Rabu 19 Mei 2021.

Polisi Cek Kondisi Anak 9 Tahun Usai Dianiaya dan Dipaksa Minum Miras oleh 4 Pria di Tangerang

Netty lebih lanjut menyampaikan, saat ini literasi gizi tidak diberikan secara baik oleh para guru dan kalah saing dengan iklan-iklan produk makanan dan minuman di media TV.

Akibatnya, anak-anak mengalami berbagai gangguan gizi dan kesehatan, karena keluarga tidak terbiasa menerapkan kemampuan bagaimana memilih makanan, mengetahui apa yang harus dan tidak boleh diminum, serta bagaimana menjaga kesehatan tubuhnya.

PBB: Kematian Anak Palestina akibat Dibunuh Tentara Israel di Tepi Barat Naik Tiga Kali Lipat

"Banyak sekali yang mengira telah mengonsumsi makanan sehat, padahal tidak sehat. Misalnya, banyak orang merasa susu kental manis itu juga susu, sama seperti susu yang lain. Padahal tidak,” tegas Prof Netty.

Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi DKI Jakarta, Ir. Suharti, M.A, Ph.D, Plt., yang hadir mewakili Gubrnur DKI Jakarta mengatakan bahwa literasi gizi itu sangat penting.

"Tidak hanya guru saja yang memberikan literasi kepada anak didiknya, tetapi juga kepada para orang tua juga perlu. Karena faktanya memang orang tuanya lah yang menyiapkan konsumsi anak-anaknya. Gizi menempatkan pada tumbuh kembang anak yang luar biasa. Kalau konsumsi gizinya tidak baik maka pertumbuhan anak juga terganggu," kata dia.

Sementara itu, Dr. dr. Nur Aisiyah Widjaja SpA (k) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, mengatakan bahwa tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 2 tahun sangat pesat.

"Di usia itu, anak memerlukan pemberian makanan yang mengandung zat gizi mikro (protein, lemak, karbohidrat) dan makro (vitamin dan mineral) untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Kalau kita memberikan nutrisi yang salah, maka itu akan berdampak pada gangguan pertumbuhan,” jelas Nur Aisiyah.

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, menambahkan pengenalan literasi gizi yang masih rendah di masyarakat selama ini, telah menyebabkan hampir 100 tahun Indonesia direcoki oleh informasi atau iklan yang salah, terutama mengenai asupan gizi seperti susu kental manis.   

“Jadi, kebanyakan selama ini literasi gizi banyak simpangsiur atau salah persepsi, yang menganggap susu kental manis itu sebagai minuman bernutrisi. Padahal faktanya tidak lebih adalah mengandung gula yang cukup tinggi yang tidak lain hanyalah sirup beraroma susu,” pungkasnya.

Karenanya, Arif berharap, orang tua nantinya dapat memberikan asupan gizi kepada balita atau anak-anak mereka, yang sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh pemerintah ataupun peraturan yang ada di Indonesia.

"Jadi, harus sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak, tidak boleh banyak gula," tutur Arif Hidayat.

Paula Verhoeven.

Haru! Paula Verhoeven Izin Pamit Sementara ke Anak

Paula Verhoeven berpamitan dengan Kiano dan Kenzo lantaran ia akan berangkat ke Belanda untuk keperluan pekerjaan.

img_title
VIVA.co.id
27 November 2024