Indonesia Darurat Stunting, Ternyata Ini Penyebabnya
- Freepik/azerbaijan_stockers
VIVA – Mengacu pada laporan UNESCO, The Social and Economic Impact of Illiteracy menyatakan, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau penurunan produktivitas dan tingginya beban biaya kesehatan dalam suatu negara.Â
Hal ini pertanda bahwa Agenda Prioritas Nasional pemerintah untuk melakukan penurunan kasus stunting akan sulit terealisasi, apabila masalah rendahnya literasi gizi (nutrition illiterate) masyarakat tidak ditempatkan sebagai prioritas.Â
Indonesia hingga saat ini masih tercatat sebagai negara dengan literasi gizi masyarakat yang rendah. Oleh karena itu, upaya-upaya peningkatan pengetahuan gizi masyarakat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui peran serta bidan.Â
Sebagai garda terdepan masyarakat yang memberikan edukasi tentang gizi. Bidan diharapkan dapat ikut serta memberikan edukasi gizi kepada masyarakat.Â
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Tangerang Selatan, Eni Rohaeni, mengatakan, bidan merupakan ujung tombak bagi optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Â
"Apa yang disampaikan bidan kepada masyarakat, berperan penting dalam edukasi gizi untuk keluarga, untuk menghindari kesalahan pengasuhan anak," ujarnya dalam webinar yang digelar Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Tangerang Selatan bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Selasa 27 April 2021.
Menurut Eni, salah satu kesalahan pengasuhan anak yang jarang disadari masyarakat adalah konsumsi kental manis pada balita.Â
"Susu kental manis atau yang lebih populer dengan sebutan susu kaleng, masih banyak diberikan oleh orangtua sebagai minuman susu untuk balita," kata dia.Â
Eni berharap, bidan lebih memiliki pemahaman mengenai susu sebagai sumber gizi dan mewaspadai konsumsi kental manis oleh masyarakat di sekitarnya. Â
Hadir dalam diskusi yang sama, IDAI Banten, Dr. dr TB Rachmat Sentika, menjelaskan terkait ingredient susu kental manis berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) yang tertera pada label.
"Setiap 100 cc susu kental manis terdapat 54 gram gula dari setiap 100 cc. Setelah dikalorikan, berarti total karbohidratnya akan menjadi 72 persen, padahal proporsi karbohidrat dalam makanan kita sebaiknya hanya 1/3," tuturnya.Â
"Jadi saya tegaskan lagi, susu kental manis dilarang buat anak. Selanjutnya tidak ada lagi bidan-bidan yang menyarankan dan memberikan kental manis untuk anak," kat Rahmat Santika.