Dokter Reisa Ungkap 6 Persiapan Penting Jelang Sekolah Offline
- Andri Mardiansyah/ VIVA.
VIVA – Selama kurang lebih satu tahun menerapkan metode belajar daring (online) dikarenakan pandemi COVID-19, kini proses pembelajaran tatap muka (PTM) kembali dicanangkan. Pada November lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama (Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) telah mengedarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) yang membahas penyelenggaraan sekolah tatap muka mendatang.
Rencana ini tentu menimbulkan kekhawatiran diantara para orang tua. Muncul pertanyaan-pertanyaan yang menjadi kekhawatiran diantara para orang tua. Dituturkan Ketua Tim Gugus COVID-19 Swiss German University (SGU), Kholis Abdurachim Audah, M. Sc., Ph. D, pilihan untuk memberikan izin anak menjalani PTM tetap di tangan orang tua.
"Pihak sekolah atau universitas dituntut untuk mempersiapkan PTM dengan baik seperti terapkan protokol kesehatan dengan tertata dan emergency plan harus ada. Tapi orang tua tetap punya otoritas apakah mengizinkan anaknya melakukan PTM," katanya dalam acara webinar SGU, baru-baru ini.
Senada, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, dr. Reisa Broto Asmoro, menegaskan pentingnya protokol kesehatan dan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi mahasiswa yang hendak menjalani PTM. Sebab, virus SARS-CoV-2 yang tak kasat mata akan sangat mudah menginfeksi melalui jalur masuk utama yakni hidung dan mulut.
"Virus ini bisa bertahan 72 jam di plastik dan 24 jam di karton. Cara masuknya melalui mata, hidung, dan mulut," kata Reisa dalam acara yang sama.
Lantas, apa saja persiapan mahasiswa dan peran orang tua jelang PTM agar terhindar dari COVID-19? Berikut rangkumannya.
Ruang terbuka
Dianjurkan agar memakai ruang terbuka agar mencegah penularan virus melalui droplets saat ada yang membuka masker dan berbicara maupun batuk atau bersin. Jika tak memungkinkan dan hanya ada ruang tertutup tanpa jendela, boleh memakai teknologi terkini yang tersedia.
"Saran saya pakai teknologi seperti air purifier. Tetap ada solusinya, jadi tak perlu takut," kata Reisa.
Masker
Reisa mengingatkan bahwa virus ini bisa menular melalui airborne lantaran ada mikrodroplet, namun ini masih sangat jarang terjadi. Di ruang belajar, biasanya penularan mikrodroplet masih minim kasusnya. Namun, Reisa tetap mengingatkan agar memakai masker kapan pun dan di mana pun.
"Memakai masker di mana saja, kalau mau makan, ya sudah makan saja dan buka masker tanpa berbicara. Kalau ada yang buka masker, berikan sanksi," kata Reisa.
Cuci tangan
PHBS paling utama adalah dengan rutin mencuci tangan, baik itu dengan air mengalir dan sabun maupun hand sanitizer. Untuk itu, fasilitas mencuci tangan harus ada di tiap sudut sekolah dan universitas.
"Harus ada pengingat untuk cuci tangan, tentu siapkan fasilitasnya juga," paparnya.
Jaga jarak
Menjaga jarak tak hanya saat di ruang kelas. Menurut Reisa, banyak yang berpikir jaga jarak sudah cukup saat sesi pembelajaran saja dan mengabaikan ketika di luar ruang kelas.Â
"Atur jarak, termasuk di kafe, restoran, atau lift dan toilet. Karena jaga jarak perlu minimal 1,5m agar tidak terhirup dari droplet orang lain," terang Reisa.
Bekal makan dan minum
Penting untuk membawa bekal sendiri di masa pandemi ini. Reisa menuturkan bahwa tak semua tempat makan benar-benar bersih dan steril. Di sisi lain, Reisa juga menganjurkan agar sekolah dan universitas bisa menyediakan alat sterilisasi jika memungkinkan.
"Mungkin banyak yang malu bawa bekal, tapi di masa seperti ini, membawa bekal lebih baik karena kita tidak tahu di tempat lain alat makannya steril atau tidak," paparnya.
Hindari begadang
Reisa mengingatkan bagi para orang tua untuk memantau pola tidur anak-anaknya. Dengan tidur cukup selama 7-8 jam, mampu menjaga daya tahan tubuh tetap optimal. Selain itu, peran orang tua juga untuk menjaga asupan gizi seimbang pada anak serta mengonsumsi air cukup. Ini juga perlu disertai dengan olahraga yang cukup dengan intensitas rendah dan sedang.