Saran Aisyah Dahlan Agar Orang Tua Bisa Jadi Teman Curhat Anak
- Freepik/bristekjegor
VIVA – Memiliki anak yang beranjak remaja, tentu memberikan kekhawatiran tersendiri bagi tiap orangtua di seluruh dunia. Bukan saja lingkungan baru yang dihadapi, tapi juga sederet teman-teman yang berbeda.
Tak jarang, perubahan hormon juga menjadi permasalahan yang membuat anak kerap cemberut dan mengubah situasi hatinya. Di sini, orangtua selalu ingin tahu hal yang tengah dihadapi anak. Sayangnya, tak semua anak mau dan bisa terbuka pada orangtuanya.
Banyak hal yang mendasari anak tak ingin berbagi keluh kesah pada kedua orangtuanya, namun yang menjadi pemicu utama adalah orangtua dianggap tak bisa dipercaya.
Lalu, bagaimana ya sikap yang harus diambil orang tua untuk bisa menjadi teman curhat anak?
Dituturkan Ulama Aisyah Dahlan, orangtua terlebih dahulu harus memahami watak dan bahasa kasih anak. Selain itu, cara berkomunikasi dengan anak perempuan dan laki-laki pun berbeda.
Tetapi, secara umum, anak perempuan dan laki-laki memiliki ciri khas yang bisa dijadikan acuan para orangtua untuk bersikap sehingga anak mau terbuka. Pertama, pada anak perempuan memiliki karakter dasar yang suka bercerita.
"Agar anak anggap orang ua sebagai sahabat, lihat mukanya saat bicara. Kalau anak lagi kesal, marah, dia kepengin orangtuanya duluan yang bertanya. Tapi, perempuan kalau lagi marah, susah bilang marah. Makanya tanya minimal tiga kali," jelasnya, dalam tayangan YouTube, dikutip VIVA, Kamis, 22 April 2021.
Kalau anak sedang tidak kesal dan marah, saat diajak bicara akan langsung menghadap ke wajah kita. Namun, ketika anak hanya memalingkan wajah tanpa menjawab sepatah kata pun, artinya ia sedang dirundung masalah.
"Anak perempuan kalau ditanya jawabnya, 'Enggak marah' dan memalingkan wajah, artinya marah. Tanya lagi 3-5 menit. Enggak bisa langsung ditinggalin," tutur Aisyah Dahlan.
Untuk anak perempuan juga, kata Aisyah Dahlan, perlu dimengerti saat waktunya menstruasi. Tak dimungkiri, perubahan hormon pada anak yang sudah menstruasi akan sangat mengganggu. Hal itu yang membuat suasana hati remaja perempuan kerap dilanda gelisah, kesal dan kebingungan.
"3 hari sebelum mens, lalu mens hari pertama sampai kelima, tolong jangan kasih nasihat dulu, kecuali bahaya banget. Sampai nanti masa suburnya tiba, di pertengahan siklus mensnya, baru bisa dikasih nasihat," kata Aisyah.
Sementara pada anak laki-laki, saat terlihat kesal dan capek, Aisyah Dahlan menyarankan untuk tak menganggunya dulu. Saat itu, anak laki-laki tengah berdialog dengan dirinya sendiri dan tak suka ditanya-tanya.
"Kalau lihat anak sedih, enggak usah nanya-nanya. Bilang aja, 'Kalau nanti mau ngobrol bilang. Ini ibu siapkan makan dan minumnya'. Kita sering terlalu kepo, apalagi kalau anak sudah akil baligh, kita nanya-nanya terus. Makin enggak anggap kita sebagai sahabat," terangnya.
Untuk itu, biarkan anak laki-laki merenungi masalah yang dihadapi. Nanti saat sudah menemukan solusinya, Aisyah Dahlan menyebut, anak akan dengan sendirinya bercerita tanpa perlu disuruh.
"Maka dari itu, perlu juga lihat wataknya, apa yang lagi disenangi anak, bahasa kasihnya bagaimana. Enggak sembarangan supaya anak percaya sama kita," tuturnya.