Tak Perlu Panik, Ini 5 Persiapan Jelang Sekolah Tatap Muka
VIVA – Sekolah tatap muka rencananya akan mulai dilakukan pada pertengahan tahun 2021 ini. Berbagai kekhawatiran tentu ada di benak para orangtua terkait penularan COVID-19.
Menurut Ketua IDAI, dr. Aman Pulungan Sp.A, sekolah akan menjadi sumber potensial penularan pada anak dan nantinya meluas ke orang-orang terdekat anak di rumah. Banyak faktor yang menjadi pemicu penularan COVID-19 pada anak terjadi di sekolah.
Kerumunan yang mungkin tak terhindarkan saat anak bertemu guru atau teman sekolahnya. Mungkin juga ketika anak lengah membuka masker saat hendak makan, bisa menjadi pemicunya. Contohnya, di Singapura, banyak penularan terjadi di transportasi yang ditumpangi anak menuju ke sekolah.
"Tertularnya di transportasi, mungkin saja anak lengah. Saat tertawa lalu melepas masker, lalu terpapar," jelasnya, beberapa waktu lalu
Lebih dalam, Aman menegaskan daerah di Indonesia belum merata secara fasilitas kesehatan, baik itu untuk mendeteksi atau pencegahan COVID-19. Beberapa daerah mengaku tak mendapat suplai masker, sementara lainnya kesulitan menjaga anak untuk bisa disiplin jalankan protokol.
Senada, Dokter Spesialis Anak, dr. Ajeng Indriastari, Sp. A mengungkapkan perlunya banyak pertimbangan dan persiapan matang sebelum memutuskan sekolah tatap muka. Di satu sisi, pembelajaran jarak jauh sudah mulai membuat anak-anak jenuh serta bisa dikatakan hanya efektif pada 15 menit pertama pembelajaran dimulai.
"Selebihnya anak-anak akan terdistraksi dengan kegiatan lainnya. Namun di sisi lain, orang tua merasa aman sekolah di rumah untuk menghindari virus corona karena penyebaran virus ini tidak main-main dan sangat mengkhawatirkan," ujar Ajeng, beberapa waktu lalu.
Sementara, berdasarkan data terkini dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), proporsi anak-anak terinfeksi virus corona sebesar 11,3 persen. Selain itu, Jurnal dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan risiko anak terkena virus corona lebih rendah 20 kali dari kelompok usia tua.
“Walaupun risiko anak terkena virus corona lebih rendah, bukan berarti kewaspadaan terhadap hal tersebut hilang. Karena anak-anak tetap memiliki risiko terinfeksi dan menginfeksi. Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai sekolah tatap muka," tambah Ajeng.
Berikut persiapannya
1. Edukasi protokol kesehatan
Pertama adalah komitmen seluruh pihak untuk memutus rantai penularan. Pemerintah khususnya pemerintah daerah harus menyiapkan aturan protokol kesehatan yang ketat untuk sekolah dengan menyiapkan regulasi bahwa tingkat pendidikan sekolah apa yang akan dibuka.
"Jika tingkat pendidikan SMA hingga Universitas mungkin bisa diterapkan aturan dengan baik. Justru yang mengkhawatirkan adalah jika dibukanya tatap muka untuk tingkat SD & SMP," kata Ajeng.
2. Penerapan screening di sekolah
Ajeng menambahkan, selain hal tersebut sekolah juga perlu menyiapkan aturan dan Sumber Daya Manusia yang siap. Perlu menerapkan screening protokol kesehatan dari mulai suhu tubuh hingga menerapkan 3M.
3. Kapasitas siswa
Sekolah juga perlu mengatur jumlah siswa yang akan masuk di dalam kelas. Kapasitas bisa dikurangi hingga 25 persen saja yang bisa belajar di kelas, hal ini penting untuk menjaga jarak bagi setiap anak di kelas.
4. Stok obat
Selain itu, maksimalkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS), isi stok obat-obatan generik, bahkan jika perlu siapkan petugas medis seperti dokter yang bertugas di sekolah. Namun, setiap sekolah pasti memiliki kapasitas yang berbeda.Â
"Maka dari itu, pemanfaatan layanan telemedicine untuk berkonsultasi dengan dokter serta layanan apotek digital dapat menjadi alternatif solusi bagi sekolah," ucap Ajeng.
5. Bekal
Membawa bekal, baik itu makanan dan minuman serta masker cadangan hingga hand sanitizer, sangat dianjurkan di masa pandemi. Dengan edukasi tepat, minta anak agar sering mencuci tangan, khususnya sebelum makan. Mengatur jarak saat hendak makan dan buka masker. Sarankan juga anak untuk selalu memakai masker dan menggantinya saat sudah basah.