Waspada, 6 Hal Sepele Ini Bisa Bikin Anak Trauma
- U-Report
VIVA – Anak-anak memiliki jiwa yang rentan. Pengalaman mereka ditentukan oleh cinta yang mereka terima dari orang-orang terdekat atau tekanan mental dan trauma yang mereka alami sejak usia dini.
Trauma masa kecil dapat merusak tahun-tahun perkembangan anak. Ini dapat disebabkan karena serangkaian penganiayaan fisik atau kekerasan mental. Tapi, yang sering diabaikan adalah kemungkinan alasan lain yang dapat menyebabkan pengalaman traumatis seorang anak.
Berikut beberapa hal yang memicu trauma masa kanak-kanak selain pelecehan, dilansir Times of India, Selasa 2 Maret 2021.
Kurang dukungan emosional
Anak sangat membutuhkan cinta dan perhatian. Tidak seperti orang dewasa, mereka tidak dapat menampilkan kepribadian yang berbeda dan selalu jujur pada diri mereka sendiri.
Jadi, jika mereka sedang terbuka dengan emosi dan menceritakan masalahnya, tetaplah berikan dukungan pada mereka. Mengabaikan perasaan anak dan kurang menunjukkan perhatian dapat membuat anak mengalami ketidakseimbangan emosi. Hal ini pada akhirnya dapat memicu percikan negatif dalam otak anak.
Mengabaikan anak
Setiap anak ingin orangtuanya mendukung mereka. Entah di saat bahagia atau sedih, anak-anak membutuhkan dorongan dari orangtuanya. Tetapi, jika anak merasa diabaikan dan diasingkan selama masa-masa sulit, hal itu akan berdampak negatif pada kesehatan mentalnya.
Orangtua hanya memprioritaskan diri sendiri
Memprioritaskan diri sendiri di atas kebutuhan anak sangat tidak sehat. Bertindak egois dapat merusak jiwa anak dan membuat mereka merasa kurang dihargai dan tidak diperhatikan.
Anak dibiarkan mengurus diri sendiri
Ada perbedaan antara memberi ruang untuk melatih kemandirian anak dan membiarkan mereka mengurus diri sendiri. Cara pertama memang dapat membantu anak tumbuh dengan bimbingan dan arahan orangtua, tapi yang kedua adalah bentuk pelarian dari tanggung jawab orangtua. Hal ini dapat membuat anak merasa tidak diinginkan.
Memaksa anak
Setiap anak unik dengan caranya masing-masing. Meskipun orangtua memiliki kebebasan untuk mengarahkan anak ke jalan yang benar, memaksakan ide dan keyakinan pada anak, dapat merugikan keberadaan mereka.
Biarkan anak membuktikan diri dan bersaing
Dalam banyak keluarga, anak-anak harus terus bersaing dan membuktikan diri menjadi yang terbaik. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti itu menjadi cenderung ingin sukses dan gagal untuk melihat keindahan hidup secara umum.