Hampir 90 Persen Ibu Sukses Beri ASI Ekslusif Saat Pandemi
- Freepik/yanalya
VIVA – Pandemi COVID-19 mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup dan disrupsi sistem kesehatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meski begitu, pandemi tetap membawa kabar baik lantaran hampir 90 persen ibu berhasil menyusui secara eksklusif.
Tak dipungkiri, banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan difokuskan untuk penanganan COVID-19, sehingga banyak pelayanan kesehatan rutin terganggu, termasuk tidak beroperasinya posyandu dan pelayanan konseling ibu hamil dan menyusui di Puskesmas. Perubahan ini dikhawatirkan akan berdampak pada perilaku laktasi dan menyusui ibu Indonesia.
Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dari Health Collaborative Center (HCC) justru menunjukkan bahwa keterbatasan operasional fasilitas kesehatan ibu hamil dan menyusui serta akses pelayanan konseling tidak menurunkan perilaku laktasi Ibu Indonesia, terutama kalangan Ibu Pekerja. Selama kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), nyatanya para ibu tetap mampu menyusui dengan baik.
Survei daring dari HCC yang dilakukan di 20 provinsi di Indonesia membuktikan, selama masa pandemi COVID-19 di tahun 2020, menunjukkan hasil yang positif. Terbukti, angka ASI Eksklusif meningkat tajam mencapai 89 persen.
"Kebijakan PSBB yang mengharuskan ibu tetap berada di rumah justru memberi pengaruh positif terhadap peningkatan perilaku laktasi. Angka ini meningkat tajam dibanding angka ASI Eksklusif di Indonesia selama beberapa tahun ini yang masih berkisar antara 30-50 persen," ujar Ketua Tim Peneliti Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, dalam acara virtual, Rabu 20 Januari 2021.
Dr. Ray Wagiu Basrowi menjelaskan, penelitian dilakukan terhadap 379 responden Ibu Menyusui dari 20 provinsi di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan angka keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia selama masa pandemi terjadi sangat tinggi pada kelompok yang bekerja dari rumah (work from home) yaitu sebesar 97,8 persen.
Sementara, pada kelompok Ibu menyusui yang tetap kerja dari kantor (work from office) sebesar 82,9 persen. Ray menjelaskan, peran keluarga sangat besar dalam proses kesuksesan pemberian ASI eksklusif selama masa pandemi berlangsung. Ia pun menyarankan agar keluarga terdekat, khususnya suami, harus mau mendukung pemberian ASI pada si kecil.
"Salah satu penelitian kami sebelumnya mengenai sikap dan perilaku keluarga untuk ASI ekslusif. Memang edukasi masih rendah pada ibu dan di sekitar keluarganya. Itu yang harus ditingkatkan, bahkan dalam masa sulit, ASI harus diberikan," jelasnya.