Jangan Disepelekan, Ini Bahaya Anak 5 Tahun Masih Ngompol

Anak mengompol.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Sering kali orangtua menganggap bahwa anak-anak yang masih mengompol merupakan hal wajar. Padahal, orangtua perlu waspada apabila hal tersebut masih terjadi saat usia anak yang mencapai 5 tahun.

KPAI Tolak Mentah-mentah Wacana Wakil Menkeu soal Pengenaan Pajak pada Judi Online

Dituturkan Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Irfan Wahyudi, tumbuh kembang anak mencakup banyak hal, termasuk mengenali proses berkemih. Menurut Irfan, anak akan mulai mampu mengontrol proses berkemih itu saat mencapai usia 4 tahun.

"Perlu waktu hingga usia 4 tahun baru anak bisa mulai mengontrol berkemihnya saat bangun dan saat tidur. Enuresis (terjadi) kalau anak usia lebih dari lima tahun pada malam hari mengompol saat tidur," ujarnya dalam konferensi pers virtual, beberapa waktu lalu.

PPATK Ungkap 197 Ribu Anak-Anak Terpapar Judi Online di Indonesia

Apa itu enuresis?

Dijelaskan Irfan, usia anak di bawa tiga tahun, biasanya baru mampu mengenali keinginan untuk buang air lantaran kandung kemihnya mulai terasa penuh. Di atas 3 tahun, rata-rata anak mulai mampu menahan keinginan untuk buang air dan mulai tidak mengompol di malam hari saat memasuki usia 4 tahun.

Bukan Cuma Tugas Guru, Ini yang Harus Dilakukan Orangtua Buat Kembangkan Potensi Anak Sejak Dini

Jika hal tersebut belum mampu dikontrol dan anak masih sering terbangun dan mengompol di malam hari, kondisi itu dinamakan nokturia. Sementara, saat anak mengompol disertai gejala lain seperti buang air kecil terputus-putus atau nyeri saat berkemih, disebut sebagai enuresis.

Di Indonesia, kejadian enuresis menurut data Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA) tahun 2008 menujukkan angka 2,3 persen dengan perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan 2:1.

Penyebab enuresis

Selain gejala tadi, enuresis bisa didiagnosis dengan tak adanya kelainan saraf atau anatomi pada anak. Serta, mengompol yang terus terjadi sampai berbulan-bulan.

Pada umumnya 2/3 anak enuresis, kadar hormon arginin vasopresin, yang bertugas menyerap kembali air di ginjal sehingga produksi urin tidak menurun pada malam hari. Padahal, hormon tersebut seharusnya memicu penurunan produksi urin di malam hari.

"Bisa juga karena (kandung kemih) sensitif dan faktor lain seperti ketidakmampuan anak bangun di malam hari saat kandung kemih penuh," paparnya.

Tak hanya itu, faktor keluarga juga berperan besar jika ada salah satu anggota keluarga yang mengalami masalah yang sama. Serta, riwayat keluarga lain seperti konstipasi, infeksi saluran kemih, kapasitas kandung kemih yang kecil, ansietas, gangguan tidur, ganggu psikologi dan diabetes

Bagaimana penanganannya?

Enuresis yang dialami anak bisa berdampak pada psikis anak seperti rasa minder sehingga memicu anak menarik diri dari lingkungan atau penurunan kepercayaan diri anak. Oleh karena itu, orangtua bisa mencegahnya dengan mengajarkan toilet training pada anak sebelum usia 5 tahun.

"Ajari anak dengan toilet training usia 2 tahun, lalu penggunaan popok sampai anak besar itu bisa menyebabkan anak malas ke toilet," kata Irfan.

Apabila enuresis terjadi pada usia anak di bawah lima tahun, Irfan menyebut, kondisi itu masih wajar. Tetapi, jika usia 5 tahun masih kerap mengalaminya, maka disarankan segera konsultasi ke dokter.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya