Alami Parental Burnout Saat Pandemi, Ini Cara Mengatasinya

Ilustrasi ibu sedang berbohong pada anaknya.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Parental burnout belakangan ini tengah menjadi populer selama pandemi COVID-19. Parental burnout ini biasanya terjadi lantaran dari multi peran yang dijalani oleh seorang ibu, jadi orangtua berada dalam tahap jenuh secara fisik maupun mental saat mengasuh anak.

Dharma Sebut Bio Weapon untuk Pandemi Selanjutnya Sudah Disiapkan, Gong Kematian Pengusaha Jakarta

Psikolog dari Tiga Generasi, Putu Andini, M.Psi menjelaskan, seorang ibu rumah tangga memiliki peran sebagai dirinya sendiri, menjadi seorang ibu, seorang istri, dan bahkan sebagai seorang pekerja. Di masa pandemi COVID-19 multi peran itu kemudian harus dijalankannya secara bersamaan dalam satu waktu dan dalam satu tempat yakni di rumah.

Menurut riset dari KPAI, 2020 parental burnout ini berat sekali khususnya untuk ibu karena adaptasi yang dilakukan oleh ibu itu sungguh luar biasa. Ibu itu multi peran sebagai diri sendiri, ibu rumah tangga, seorang istri, belum lagi jika menjadi pekerja kantoran.

Hebat! Pria Ini Bantu Ratusan UMKM di Tabalong Bebas dari Rentenir, Begini Caranya

“Jadi selama pandemi ini adaptasinya menjadi pengajar di rumah untuk anaknya, mengurus kebutuhan rumah, serta ditambah menjadi ibu pekerja. Peran yang banyak ini perlu diadaptasikan sehingga tingkat stress terus meningkat entah itu jadinya survive atau depresi," kata Putu dalam virtual conference, Rabu 16 Desember 2020.

Dilanjutkan Putu, dampak dari parental burnout sendiri bisa menimbulkan jarak dengan anak. Seorang ibu akan merasa bahwa mengurus anak merupakan sebuah pekerjaan yang tidak lagi membutuhkan kedekatan emosional.

Jumlah Pengangguran di Indonesia Turun Jadi 7,47 Juta Orang Per Agustus 2024

"Dampaknya jadi berjarak dengan apapun yang dikerjakan. Kita jadi anggap anak kerjaan dan jadi enggak ada kedekatan emosional," ujarnya.

Lalu bagaimana mengatasi parental burnout? Berikut ini tipsnya.

Take a break

Menurut  Putu jika seseorang mengalami burnout, maka wajib take a break karena badan dan pikiran seseorang sudah tidak sinkron.

"Sudah bounding tidak terasa maunya cepat selesai, artinya badan kita sudah capek tapi badan kita harus kerja lagi kerja lagi. Jadi take a break, saat itu cerita ke teman, ke suami, atau siapapun yang menurut kita bisa berikan dampak positif ke diri kita," kata Putu.

Regulate

Yaitu melakukan aktivitas apapun yang penting menenangkan dan membahagiakan.

Afirmasi positif

Umumnya seorang ibu yang melakukan apapun dan mengalami kegagalan biasanya akan merasa stres, dan berujung burnout. Afirmasi positif yang bisa dilakukan adalah dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa kegagalan adalah hal yang umum terjadi.

"Padahal kalau kita ingat-ingat ini adalah pertama kali kita melakukan School From Home kita belum pernah lakukan sebelumnya, ini pertama kali afirmasi positifnya bilang sama diri kita kalau gagal kan ini baru pertama waktu itu," tutur Putu.

Evaluasi

Setelah melakukan afirmasi positif kepada diri sendiri setelah itu evaluasi, karena saat itu sudah tenang.

“Karena sudah break, sudah doing something evaluasi jadi rutinitasnya harus seperti apa sih supaya kita enggak berada di survival mood. Jadi apakah ada tugas parenting yang didelegasi apakah ada standard parenting yang kita turunkan,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya