93 Persen Orangtua Setuju Pembelajaran Jarak Jauh, Ada Syaratnya

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim (tengah) bersama Wali Kota Bogor Bima Arya (kedua kanan), kepala sekolah dan guru berbincang dengan siswa saat meninjau pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SDN Polisi 1, Kota Bogor.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

VIVA – Pemerintah akhirnya mengizinkan pembukaan sekolah atau pembelajaran tatap muka mulai Januari 2021. Hal itu dikarenakan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), mengalami banyak kendala. 

Bedah dari Jarak 1.200 Km Berlangsung Sukses

Tapi, bukan berarti metode pembelajaran tersebut buruk. Dalam situasi pandemi COVID-19 yang masih mengancam, PJJ dinilai masih lebih baik, mengingat kontak langsung dan kerumunan berpotensi menimbulkan kluster baru COVID-19. 

Hal ini dibuktikan dengan survei orangtua yang dilakukan oleh SIS Group. Dari hasil survei tersebut menunjukkan, 93 persen orangtua merasa puas hingga sangat puas, serta mendapati bahwa model Pembelajaran Jarak Jauh terorganisir dengan baik dan mudah diikuti. 

KAI Ubah Jadwal dan Rute 27 Perjalanan Kereta Api Jarak Jauh, Simak Daftarnya!

Andrew Paterson, Direktur SIS Bona Vista & SIS Kelapa Gading Jakarta, mengatakan satu elemen penting kesuksesan model Pembelajaran Jarak Jauh adalah kemampuan mendengarkan para orangtua.

"Kami memulainya dengan menggelar survei kepada para orangtua. Hal ini kami lakukan untuk mencari berbagai potensi hambatan sebelum sekolah-sekolah ditutup. Dengan begitu, kami bisa lebih bersiap diri daripada sekolah-sekolah lain yang belum melakukan persiapan," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa 15 Desember 2020. 

Mengontrol Xiaomi Smart Air Purifier Elite dari Jarak Jauh dengan Ponsel

Andrew menambahkan, mereka menemukan berbagai potensi tantangan yang dihadapi orangtua dan peserta didik ketika belajar daring dari rumah. Lalu, ketika sekolah ditutup, mereka sudah punya langkah antisipasi terhadap tantangan tersebut. 

"Awal mulanya, kami melakukan survei dan wawancara kepada para orangtua dan peserta didik untuk mendiskusikan potensi tantangan teknologi. Hal ini dilakukan beriringan dengan beberapa rapat rutin mengenai rencana penanggulangan pandemi yang semua dilakukan melalui Zoom," lanjut dia. 

Dengan memakai panduan dari WHO dan CDC, mereka menyusun '7 Poin Rencana Tanggap COVID-19' sebagai antisipasi penutupan sekolah-sekolah oleh pemerintah sebelum penutupan itu benar-benar terjadi. 

"Artinya, ketika sekolah-sekolah ditutup oleh pemerintah pada Maret 2020, staf pengajar SIS, peserta didik, dan juga orangtua sudah dipersiapkan semaksimal mungkin untuk model Pembelajaran Jarak Jauh. Walaupun demikian, kami selalu terus meningkatkan model Pembelajaran Jarak Jauh yang sudah ada," tutur dia. 

Alvin Hew, Board Director sekaligus Managing Director SIS Group, menyatakan penggunaan teknologi dalam penyampaian pedagogi akan tetap ada, meskipun kita telah keluar dari pandemi. 

"Itulah mengapa sekarang kami aktif mempelajari penggunaan virtual reality sebagai salah satu cara bagi kami dalam mengajar dan melakukan berbagai hal," ujar Alvin Hew.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya