Rencana Sekolah Tatap Muka, IDAI Sebut Anak Mudah Berkerumun
- VIVA/Fajar Sodiq
VIVA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta agar pemerintah mempertimbangkan kembali rencana untuk proses belajar secara tatap muka di sekolah pada awal tahun mendatang. Sebab, data yang ada menunjukkan bahwa kasus COVID-19 masih mengintai 9 persen anak di Indonesia, tanpa pandang usia.
Bahkan, data IDAI menunjukkan proporsi kematian anak akibat COVID-19 sebanyak 3,2 persen. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di Asia Pasifik saat ini. Tak hanya itu, anak yang bergejala ringan atau tanpa gejala, terbukti menjadi sumber penularan kepada orang orang di sekitar.
Di sekolah, menurut Ketua IDAI, dr. Aman Pulungan Sp.A, akan menjadi sumber potensial penularan pada anak dan nantinya meluas ke orang-orang terdekat anak di rumah. Banyak faktor yang menjadi pemicu penularan COVID-19 pada anak terjadi di sekolah.
"Seperti pada kasus di Australia, ternyata tertularnya di sekolah. Walau murid dan pegawainya dengan protokol, masih bisa menularkan," papar Aman, dalam acara virtual bersama IDAI, Kamis 3 Desember 2020.
Kerumunan yang mungkin tak terhindarkan saat anak bertemu guru atau teman sekolahnya atau ketika anak lengah membuka masker saat hendak makan, bisa menjadi pemicunya. Contoh lain, di Singapura, banyak penularan terjadi di transportasi yang ditumpangi anak menuju ke sekolah.
"Tertularnya di transportasi, mungkin saja anak lengah. Saat tertawa lalu melepas masker, lalu terpapar," jelasnya.
Lebih dalam, Aman menegaskan bahwa daerah di Indonesia juga belum merata secara fasilitas kesehatan, baik itu untuk mendeteksi atau pencegahan COVID-19. Beberapa daerah mengaku tak mendapat suplai masker, sementara lainnya kesulitan menjaga anak untuk bisa disiplin jalankan protokol.
"Kalau kami melihat dari segi anak, kalau anak tidak bisa kita kontrol dan jadi kerumunan, pola penyebaran di Indonesia lebih besar," pungkasnya.