Hafal Coke Bottle Agnez Mo, Ini 8 Cara Bikin Anak Cerdas Kayak Gempi
- Instagram @gisel_la
VIVA – Putri semata wayang mantan pasangan, Gading Marten dan Gisella Anastasia, Gempita Nora Marten atau Gempi, kembali menyita perhatian dengan sukses menyanyikan lagu milik Agnez Mo berjudul Coke Bottle. Hal itu membuat sang ibu begitu takjub dengan menunjukkan ekspresi kagum dan gembira. Gempi dinilai anak cerdas karena bisa hafal banyak lagu.
Gempi sukses menyanyikan lagu tersebut hingga habis tanpa terbata-bata. Daniel Mananta yang turut ikut dalam video itu, langsung terpukau dengan memberikan tepuk tangan.
Baca Juga:Â Wijin Tak Mau Posisikan Diri Sebagai Ayah Gempi
Hal itu tentu memberi banyak rasa penasaran akan kepintaran Gempi dalam menghafal lirik lagu. Sebenarnya, tidak ada jalan yang pasti untuk menjamin kesuksesan pada anak. Tetapi, peneliti telah membuktikan beberapa hal ini dapat memacu kecerdasan dan daya ingat anak. Berikut rangkumannya dikutip dari berbagai sumber.
Ajarkan keterampilan sosial
Sebuah studi selama 20 tahun oleh para peneliti di Pennsylvania State dan Duke University menunjukkan korelasi positif antara keterampilan sosial anak-anak di taman kanak-kanak dan keberhasilan mereka di masa dewasa awal. Mengajari anak-anak Anda cara menyelesaikan masalah dengan teman, berbagi barang-barang mereka, mendengarkan tanpa menyela, dan membantu orang lain di rumah adalah tempat yang bagus untuk memulai.
Jangan terlalu melindungi
Di era pengasuhan sekarang ini, banyak orang tua mengalami kesulitan dalam mengizinkan anak-anak memecahkan masalah, tetapi justru juga terburu-buru untuk memperbaiki tantangan itu.
Berdasarkan studi Universitas Harvard, Julie Lythcott-Haims berpendapat bahwa membiarkan anak-anak membuat kesalahan dan mengembangkan ketahanan dan akal sangat penting dalam menyiapkan mereka untuk sukses. Jadi, belajar untuk 'tega' ke anak sesekali tak ada salahnya, ya.
Libatkan anak-anak Anda dalam dunia akademis sejak dini
Penelitian menunjukkan bahwa membacakan untuk anak-anak Anda dan mengajari mereka matematika sejak dini dapat sangat memengaruhi pencapaian di tahun-tahun berikutnya. Namun, yang terbaik adalah mulai menyapih anak-anak dari bantuan pekerjaan rumah nanti di sekolah dasar, karena membantu anak Anda mengerjakan pekerjaan rumah sebenarnya dapat menghambat perkembangan mereka.
Jangan biarkan gawai menyita perhatian
Terlalu banyak waktu di depan layar gawai dikaitkan dengan obesitas pada masa kanak-kanak, pola tidur yang tidak teratur, dan masalah perilaku. Selain itu, studi tahun 2017 oleh Greg L. West di University of Montreal mengungkapkan bahwa bermain game "penembak" dapat merusak otak, menyebabkan otak kehilangan sel.
Menurut American Academy of Pediatrics, "waktu layar gawai" dapat menjadi hiburan namun harus dibatasi dua jam sehari. Ide bermanfaat lainnya seperti dorong anak Anda untuk menjadi pembuat konten, bukan hanya konsumen pasif. Dorong mereka untuk mempelajari pemrograman komputer, pemodelan 3D, atau produksi musik digital, dan ubah waktu layar menjadi usaha yang produktif.
Jangan selalu memuji kecerdasan atau penampilan
"Wow, kamu mendapat nilai A bahkan tanpa belajar? Kamu pintar sekali!"
Sebuah studi Universitas Stanford menunjukkan bahwa memuji anak-anak dengan pernyataan seperti di atas dan berfokus pada kecerdasan mereka, sebenarnya dapat menyebabkan kinerja yang buruk.
Sebagai strategi pengasuhan alternatif, orang tua didorong untuk memberikan pujian yang berfokus pada upaya anak-anak untuk mengatasi masalah dan tantangan dengan menunjukkan ketabahan, ketekunan, dan tekad.
Jangan abaikan
Menurut survei Common Sense Media, 28 persen remaja mengatakan orang tua mereka kecanduan perangkat seluler. Studi lain baru-baru ini oleh AVG menemukan bahwa 32 persen anak-anak yang disurvei merasa tidak penting ketika orang tua mereka fokus pada ponsel.
Sebagai generasi pertama orang tua dengan akses internet 24/7, penting bagi kita untuk mengetahui kapan harus memutuskan hubungan dan fokus pada keluarga.
Penuh kasih sayang
Anak-anak dalam keluarga konflik tinggi cenderung bernasib lebih buruk daripada anak-anak dari orang tua yang akur, menurut tinjauan studi University of Illinois. Menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan mendukung adalah makanan pokok bagi keturunan yang sehat dan produktif.
Jangan terlalu keras (atau terlalu lembut)
Diana Baumrind, dalam penelitiannya yang inovatif pada tahun 1966, membedakan antara orang tua yang otoriter (sangat ketat), permisif (sangat lunak), dan tegas (sama-sama disiplin dan penyayang).
Singkatnya, orang tua otoriter terlalu keras, orang tua permisif terlalu lembut, dan orang tua tegas itu hal yang tepat.
Ketika seorang anak mencontoh orang tua mereka yang berwibawa, mereka mempelajari keterampilan pengaturan emosi dan pemahaman sosial yang sangat penting untuk kesuksesan.