Manfaat Belajar Kesehatan Reproduksi, Bisa Hindari Aborsi
- VIVA/Willibrodus
VIVA – Aborsi ilegal yang seringkali dianggap sebagai jalan keluar terakhir dari masalah kehamilan di luar pernikahan, sejatinya sangat berbahaya serta mencerminkan perilaku hidup yang tidak baik.
Menurut Rasminto, Dosen di Universitas 45 Jakarta, maraknya aborsi ilegal adalah salah satu bukti bahwa motivasi hidup sehat sebagian besar remaja atau dewasa muda sangat rendah.
Sehingga, ia pun mengusulkan agar materi-materi seperti Big-five personality dan kesehatan reproduksi yang bisa mendorong siswa agar lebih termotivasi untuk hidup sehat, bisa diajarkan sejak dini di sekolah.
“Hasil riset kami menunjukkan bahwa siswa atau remaja dengan kepribadian dalam hal ini Big-five Personality dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang baik lebih, motivasi hidup sehatnya lebih tinggi," ujarnya saat mempertahankan disertasinya di hadapan dewan penguji Program Doktor Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, lewat rilis yang diterima VIVA, Senin 24 Agustus 2020.
Baca juga: Pandemi COVID, KPAI Beberkan 3 Isu Anak yang Harus Diperhatikan Negara
Big-five personality merupakan lima besar kepribadian manusia yang terdiri dari extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experiences.
Rasminto menjelaskan, model pembelajaran tentang kepribadian dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bisa beragam, bahkan bisa masuk dalam pengembangan kurikulum pembelajaran.
Hanya saja titik tekannya harus terintegrasi dan kolaborasi dari berbagai pihak bahkan disiplin ilmu. Kondisi saat ini materi tentang kesehatan reproduksi baru sekadar memuat aspek biologis atau aspek fisik.
“Oleh karena itu, dalam membentuk pergaulan siswa yang positif agar terhindar dari perbuatan menyimpang seperti seks bebas, penyalahgunaan narkotika, terinfeksi penyakit seks menular, dan kegiatan abortus yang membahayakan kesehatan secara fisik, sosial maupun mental, big-five personality dan pengetahuan tentang kespro harus diajarkan secara komprehensif, terintegrasi dan kolaboratif,” tutur Rasminto.
Ia menambahkan, namun hal itu tidak menjadi beban kurikulum yang sudah ada, artinya seluruh bidang studi harus mengajarkan pemahaman ini sedini mungkin agar terbangun kesadaran remaja secara holistik berdasarkan aspek fisik, sosial dan mental.
Idealnya, remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi. Sebab, remaja sebagai generasi muda merupakan pilar generasi masa depan bangsa, terlebih Indonesia berkomitmen pada pembangunan kesehatan dan kesejahteraan yang termaktub dalam butir ke 3 pada Sustainable development goals (SDGs).
"Remaja merupakan generasi masa depan bangsa, pembangunan generasi muda berarti membangun masa depan bangsa dan negara," kata Rasminto.