Studi: Anak di Bawah Usia Lima Tahun Pembawa Virus Tingkat Tinggi?
- Dok. Istimewa
VIVA – Virus corona masih menjadi wabah di dunia karena hingga kini masih dilakukan pencarian untuk vaksin yang mampu melawan virus yang telah mematikan jutaan orang ini.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, dampak langsung COVID-19 terhadap kematian anak tampaknya “sangat terbatas.” Penelitian yang tersedia sejauh ini menyatakan bahwa anak-anak dan remaja mungkin berisiko lebih rendah terserang COVID-19 jika dibandingkan dengan orang dewasa dan orang tua.
Namun, sebuah studi baru menemukan bahwa anak-anak di bawah usia lima tahun membawa materi genetik virus corona 10 hingga 100 kali lebih banyak di hidung mereka dibandingkan dengan orang dewasa.
Studi pathbreaking telah diterbitkan dalam jurnal JAMA Paediatrics yang dilansir dari Times of India, Senin 3 Agustus 2020 menjelaskan fakta bahwa anak-anak muda bisa menjadi pendorong penularan virus corona baru dalam rumah tangga dan masyarakat.
Untuk melakukan penelitian ini, para peneliti mengambil usap hidung dari 145 pasien di Chicago, dalam waktu satu minggu setelah timbulnya gejala.
Para pasien telah mengembangkan gejala penyakit ringan sampai sedang. Dari 145 pasien, 46 adalah anak-anak (usia kurang dari 5 tahun), 51 anak-anak (usia antara 5 hingga 17) dan 48 adalah orang dewasa berusia antara 18 hingga 65 tahun.
Temuan penelitian
Setelah mempelajari usap hidung pasien Chicago, ditemukan bahwa anak-anak muda (berusia kurang dari lima) memiliki jumlah RNA virus SARS-CoV-2 10 hingga 100 kali lebih besar di saluran pernapasan atas mereka.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan AFP, sebuah penelitian laboratorium baru-baru ini menunjukkan bahwa semakin banyak materi genetik virus (kadar asam nukleat yang lebih tinggi), semakin banyak kemampuan infeksi.
Kantor berita juga melaporkan, di masa lalu bahwa anak-anak dengan viral load yang tinggi dari virus syncytial pernapasan (RSV) lebih mungkin untuk menyebarkan penyakit. RSV diketahui menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia.
Sementara laporan sebelumnya tidak menemukan bukti kuat tentang anak-anak sebagai kontributor utama penyebaran SARS-CoV-2, penelitian baru-baru ini telah menyoroti pentingnya "menargetkan upaya imunisasi pada anak-anak ketika vaksin SARS-CoV-2 tersedia".