Aturan Berjemur yang Benar untuk Bayi

Ilustrasi ibu dan bayi.
Sumber :
  • Pixabay/PublicDomainPictures

VIVA – Berjemur bermanfaat bagi kesehatan lantaran dapat memberi sumber vitamin D, khususnya pada masa tumbuh kembang anak. Tetapi, berjemur terutama untuk bayi ada aturannya, lho.

Mengapa Jamur Salju Jadi Viral? Temukan 7 Khasiat Luar Biasa untuk Kesehatan

Seringkali para orangtua menjemur tubuh anak atau bayinya secara keseluruhan. Padahal, berjemur tak perlu seluruh tubuh melainkan cukup 20-30 persennya saja.

"Mulai dari siku sampai telapak tangan kanan dan kiri. Lalu, lutut sampai telapak kaki kanan dan kiri. Itu bahkan sudah mencapai 36 persen," ujar Ahli Alergi Imunologi Anak, Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr., Sp.A(K), M. Kes, dalam Talkshow Virtual bersama Kalbe Farma, beberapa waktu lalu.

Benarkah Vitamin D Bisa Cegah Tumbuhnya Uban? Begini Penjelasannya

Baca juga: 4 Cara Memenuhi Kebutuhan Vitamin D untuk Cegah COVID-19

Prof. Budi melanjutkan, sumber utama vitamin D memang berasal dari ultraviolet dalam sinar matahari. Namun, bukan berarti bahwa sinar matahari dapat memberikannya sepanjang waktu lantaran terdapat jenis-jenis ultraviolet yang lebih dibutuhkan tubuh.

Bentuk Kaki X Taruna Akpol yang Cekik Perwira Disorot Warganet: Kok Bisa Lolos?

Sinar matahari sendiri terdiri dari Ultraviolet A, Ultraviolet B dan Ultraviolet C. Untuk paparan sinar UVC, tidak dapat sampai ke permukan bumi. Sementara, sinar UVA timbul sejak matahari terbit dan sinar UVB muncul mulai pukul 09.30 hingga 15.00.

"Yang dapat memproduksi vitamin D di kulit adalah Ultraviolet B. Kalau berjemur harus terpapar Ultraviolet B," jelasnya.

Disarankan, waktu berjemur juga tak lama yakni sekitar 5-10 menit pada bayi. Dengan begitu, bayi akan lebih nyaman saat dijemur, mencegah kulit terbakar, dan mendapatkan manfaat yang diharapkan untuk vitamin D.

Osteoporosis

2 dari 5 Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Ini Nutrisi dan Gaya Hidup yang Harus Diperhatikan

Di Indonesia, 2 dari 5 orang berisiko terkena osteoporosis, dengan 41,2 persen orang berusia di bawah 55 tahun sudah mengalami osteopenia atau kepadatan tulang menurun.

img_title
VIVA.co.id
29 Oktober 2024