UNICEF Indonesia: Anak Rentan Alami Kekerasan saat Pandemi COVID-19

Ilustrasi anak alami kekerasan rumah tangga.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Rumah kerap menjadi tempat berlindung bagi setiap anak-anak di berbagai belahan dunia. Namun, hal tersebut ternyata tak bisa dirasakan bagi sebagian anak terlebih saat situasi pandemi COVID-19 berlangsung.

Kapolri: Kasus Kekerasan Perempuan Selesai dengan Cara Korban dan Pelaku Dinikahkan

Pemerintah masih menganjurkan agar anak-anak melakukan proses belajar di rumah melalui pembelajaran online. Meski dianggap tempat yang nyaman, nyatanya beberapa kasus kekerasan rentan terjadi pada anak selama di rumah.

"(Sebuah survey pada 1200 anak) 287 anak mengatakan ada pengalaman buruk selama memakai internet. Kondisi ekonomi yang lemah juga berisiko pada eksploitasi anak atau kekerasan rumah tangga, khususnya terhadap anak perempuan dan perempuan," ungkap Spesialis Perlindungan Anak, UNICEF Indonesia, Ali Aulia Ramly, dalam acara virtual oleh AJI Indonesia, Selasa 14 Juli 2020.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Baca juga: Penting, Cara Jitu Perkuat Imunitas Tubuh Cegah Virus Corona

Tantangan dari risiko itu, kata Ali, bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti situasi rumah yang sempit. Tak hanya itu, orangtua seringkali merasa tak memiliki akses bersama anak dalam melakukan kegiatan bermain yang tepat.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

"Kita harus memastikan bahwa dukungan dan layanan untuk anak tersedia.Layanan psikososial juga harus tetap ada secara online dan dipastikan diakses oleh anak-anak," terangnya.

Ya, risiko kekerasan itu dapat berkaitan dengan masalah kesehatan mental yang turut mengintai anak.

Baca juga: Tips Siapkan Bekal Sekolah Anak di Masa New Normal

Ali menyebut, sebelum pandemi berlangsung, studi tahun 2015 menemukan ada 6 persen siswa merasa kesepian dan 5 persen anak selalu khawatir serta sulit tidur.

"Orangtua perlu berikan penjelasan bahwa kalau ada kecemasan adalah hal normal dan bantu mereka untuk bisa lakukan tindakan positif. Penting bahwa bagaimana pesan-pesan ini bukan hanya pada mereka yang bisa akses media sosial tapi juga secara komunikasi langsung," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya