Siswi Penemu Kayu Bajakah Terancam, KPAI: Harus Ada Pengamanan
- Istimewa
VIVA – Kayu Bajakah belakangan sedang viral di media sosial. Kayu asal Kalimantan ini diyakini suku Dayak dapat mengobati Kanker.
Kayu Bajakah ini menjadi populer setelah tiga siswa SMA asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng) meraih medali emas di Korea Selatan berkat penelitiannya soal manfaat kayu Bajakah dalam menyembuhkan kanker payudara.
Namun sayangnya, belum banyak pakar herbal dan farmakolog yang mau berkomentar seputar manfaat kayu Bajakah ini karena belum melalui uji klinis, dan pengujiannya hanya sebatas pada mencit (tikus).
Dilihat dari sisi yang lain ternyata dampak populernya kayu Bajakah ternyata memberikan dampak mengkhawatirkan bagi para siswi penemu kayu Bajakah ini. Menurut informasi yang beredar, ketiga siswa bernama Yazid, Anggina Rafitri, dan Aysa Aurealya Maharani itu diisukan terancam.
Kabarnya, ratusan orang berbondong-bondong datang ke sekolah untuk mencari kejelasan akan khasiat kayu Bajakah itu, sehingga dapat mengganggu proses belajar anak-anak.
Menanggapi hal itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyayangkan tayangan yang awalnya mempopulerkan prestasi siswi penemu kayu Bajakah itu menyebut nama sekolah, sehingga mengundang banyak orang untuk datang.
"Kalau menonton tayangan Aiman (presenter Kompas TV) terkait peliputan ini, ibu guru pembimbing dari kedua anak pemenang medali emas tersebut sudah tidak menyebutkan dan merahasiakan keberadaan tempat tumbuhnya tanaman tersebut. Masalahnya, nama sekolah disebutkan sehingga orang yang mungkin keluarganya mengidap penyakit kanker menjadi berbondong-bondong mendatangi sekolah tersebut untuk menanyakan lokasi dan hendak mengambil tanaman tersebut untuk kepentingan pengobatan keluarganya," ujarnya kepada VIVA.co.id lewat pesan singkat Kamis 15 Agustus 2019.
Di sisi lain, hal itu sangat rentan karena kemungkinan akan ada orang-orang yang memang berniat membisniskan tanaman tersebut karena tahu banyak yang membutuhkan. Baca juga: Heboh Akar Bajakah Bisa Obati Kanker, Ini Kata Pakar
"Ini yang dikhawatirkan si guru pembimbing sebagai 'eksploitasi tanaman' tersebut sehingga membahayakan habitatnya. Dalam hal ini tentu saja pemerintah harus turun tangan melindungi tanaman tersebut," ujarnya.
Terkait ratusan orang yang setiap hari datang ke sekolah tersebut tentu sangat mengganggu proses pembelajaran di sekolah. Sehingga yang terganggu tidak hanya peserta didik, tapi juga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
"Hal ini tentu merugikan pihak sekolah dan anak-anak, jadi perlu ada pengamanan dari pihak kepolisian yang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimatan Tengah untuk melindungi anak-anak di sekolah tersebut dan juga para pendidiknya," ujarnya.
Untuk menjamin keberlangsungan pendidikan yang kondusif, lanjutnya, harus ada beberapa personil kepolisan yang berjaga di sekolah dan tidak mengizinkan ratusan orang tersebut masuk ke sekolah.
"Keluar masuk orang di sekolah tersebut harus melalui satu pintu dan jaga ketat."
Lebih lanjut Retno mengatakan akan menyelediki kasus ini. "Saya akan pelajari kasus ini. Nanti kami bersurat, bahkan jika diperlukan KPAI bisa melakukan pengawasan ke lokasi." (nda)