Ibu Menyusui Juga Butuh Dukungan dari Tempat Kerja
- Pixabay
VIVA – Menyusui adalah salah satu investasi terbaik untuk kelangsungan hidup dan meningkatkan kesehatan, perkembangan sosial, serta ekonomi individu dan bangsa. Meskipun angka inisiasi menyusui secara global relatif tinggi, namun hanya 40 persen dari semua bayi di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, dan 45 persen yang mendapatkan ASI sampai usia 24 bulan.
Padahal, tidak menyusui dikaitkan dengan tingkat kecerdasan yang lebih rendah dan mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar USD302 miliar per tahun.
"ASI eksklusif harus diberikan pada bayi usia 0-6 bulan. Setelah itu, berikan makanan pendamping selain ASI. Makanan pendamping ASI bukan hanya bubur saja, tapi juga harus ada protein, lemak, dan kandungan lain," ujar Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dr. Kirana Pritasari, MQIH di Kantor Kemenkes RI, Jakarta, Jumat 2 Agustus 2019.
Lebih lanjut, ia mengajak perlu adanya aksi bersama untuk mencapai sasaran, yaitu minimal 50 persen pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada tahun 2025. Berbagai hambatan yang dihadapi untuk dapat menyusui secara optimal, salah satu yang terbesar adalah kurangnya dukungan bagi orangtua di tempat kerja.
Untuk keberhasilan menyusui, dibutuhkan informasi yang benar dan dukungan kuat untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan ibu dapat menyusui secara optimal.
"Meskipun menyusui adalah keputusan ibu, namun menyusui akan lebih baik dengan dukungan kuat sang ayah, keluarga, teman, tempat kerja dan masyarakat," tambahnya.
Karena menyusui melibatkan ibu dan pendukung terdekatnya atau ayah, maka dari itu dibutuhkan perlindungan sosial orangtua, yang adil gender terkait dengan pentingnya menyusui.
"Perlindungan sosial orangtua yang adil gender mencakup beberapa hal, di antaranya cuti hamil atau melahirkan bagi ibu dan ayah, bahkan cuti berbayar, serta dukungan tempat kerja dapat membantu menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk menyusui, baik pada sektor kerja formal maupun informal," lanjutnya.