Alasan Anak Enggan Bicara Soal Kesehatan Reproduksi pada Orangtua
- Pixabay/ wokandapix
VIVA – Edukasi mengenai kesehatan reproduksi pada remaja Indonesia masih tergolong rendah. Banyak orangtua menganggap tabu membicarakan soal organ reproduksi kepada anak mereka.
Berdasarkan hasil survei Durex, ketika mengalami tanda pubertas pertama kali, 52 responden remaja memilih orangtua sebagai sumber informasi utama mereka berkonsultasi dan mendiskusikan pengalaman pertama mereka
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, ketika responden kaum muda telah melewati tanda pubertas pertama, mereka menjadi lebih nyaman membahas reproduksi kesehatan dan topik pendidikan seksual dengan teman sebaya.
"Survei menyebutkan, fenomena ini terjadi karena mereka takut dihakimi oleh orang tua ketika mereka membahas topik tersebut," ungkap, Direktur CSR Reckitt Benckiser Indonesia, dr. Helena Rahayu Wonoadi, saat memaparkan hasil survei, di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis, 18 Juli 2019.
Helena melanjutkan bahwa menurut data yang telah dikumpulkan, teman sebaya dan internet merupakan sumber yang paling nyaman bagi anak-anak Indonesia untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi. Padahal, faktanya, ada banyak konten yang tidak bisa dipercaya atau informasi yang salah yang tidak layak dikonsumsi mereka.
"Karena itu, kami datang dengan inisiatif lima langkah sederhana ini untuk lebih memahami tentang diri Anda dan juga pendidikan kesehatan seksual. Eduka5eks adalah cara kami untuk menjangkau kaum muda, orangtua, dan pasangan di Indonesia untuk memastikan peningkatan kesadaran tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi," kata dia.
Oleh sebab itu, Helena mendorong keluarga di Indonesia untuk kembali mengambil peran mereka sebagai penasihat anak-anak mereka. Ia ingin agar orangtua menjadi sumber informasi tepercaya tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi serta menemani mereka melewati tahap pertumbuhan.
"Sangat penting bagi remaja dan orangtua bersikap terbuka terutama untuk mengetahui informasi penting tentang penyakit menular seksual (PMS), risiko kesehatan pada kehamilan dan pernikahan di bawah usia 20 tahun, serta perlindungan organ reproduksi yang belum disampaikan oleh keluarga sejak dini tentang pengetahuan hubungan seksual, yang dapat memengaruhi masa depan mereka," kata Helena.
Sebagai infrormasi, survei ini dilakukan di 5 kota besar Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Yogyakarta terhadap 500 remaja. Pengumuman hasil survei ini disaksikan oleh perwakilan dari sejumlah pemangku kepentingan utama seperti Kementerian Kesehatan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Pusat Studi Kesehatan Universitas Indonesia. (ase)