Wajib Waspada, 5 Tanda Anak Alami Kekerasan Fisik dan Seksual
- Pisabay/ anemone123
VIVA – Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah anak yang menjadi korban kekerasan di Indonesia mencapai 247.610. Namun, Koordinator ECPAT Indonesia, Ahmad Sofyan beberapa waktu lalu mengatakan, jumlah itu hanya yang nampak di permukaannya saja. Seperti fenomena gunung es.
"Menurut sebuah teori, yang nampak ke permukaan hanya 30 persen saja dari jumlah yang sebenarnya. Jadi, ada 70 persen dari jumlah itu yang tidak terlihat," kata Sofyan di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Jakarta.
Mirisnya, sebagian besar anak yang menjadi korban kekerasan tidak tahu ke mana harus mencari pertolongan dan perlindungan. Untuk itu, perlu peran aktif kita untuk membuka mata terhadap tindakan kekerasan anak yang mungkin terjadi di sekitar.
Nah, tanda berikut bisa menjadi alarm seorang anak telah mengalami kekerasan fisik maupun seksual, dilansir dari Reader's Digest.
Memar
Kekerasan fisik sering menyasar bagian tubuh yang tidak terduga seperti perut atau bagian belakang kaki. Memar bisa berbentuk simetris akibat pukulan sabuk, tangan atau sundutan rokok.
Bermain kasar
Anak yang sangat kecil seringkali belum bisa bercerita. Maka mereka menggunakan permainan untuk menyampaikan apa yang mereka lihat atau alami. Kadangkala mereka menggunakan boneka untuk menunjukkan apa yang mereka alami, seperti memukul atau bentuk kekerasan lainnya. Betsy Brown seorang pakar perkembangan anak mengatakan, "Itu sebagai bentuk pelarian anak-anak saat mereka merasa tertekan."
Tahu banyak soal seks
Seorang anak yang mengalami kekerasan seksual sudah terpapar konten seks yang tidak seharusnya. "Anak kecil yang mengalami kekerasan terus menerus mungkin tidak paham kalau pengalaman mereka itu tidak semestinya," kata Catherine Pearlman, PhD, LCSW, seorang konselor anak dan keluarga.
Si anak menunjukkan aktivitas seks lewat permainan, perkataan dan interaksi. Anak bisa saja memainkan area sensitif pada boneka, itu cara mereka memroses apa yang mereka alami.
Bebas menyentuh orang lain
Anak yang mengalami kekerasan seksual mungkin tidak memiliki batasan terhadap tubuh mereka dan orang lain. Mereka bisa saja menyentuh diri mereka sendiri, anak lain atau orang dewasa dengan tidak pantas dan tidak sadar kalau hal tersebut salah Bagi mereka normal saja untuk menyentuh area pribadi orang lain.
Menghindari orang atau situasi tertentu
Anak kerap kali tidak berdaya membela diri ketika mengalami kekerasan. Oleh karena itu, mereka sebisa mungkin menghindari pelaku kekerasan. Jika mereka tidak lagi mau menemui orang yang akrab dengan mereka atau tidak ingin pergi ke suatu tempat, Anda wajib waspada.
Kadangkala anak merasa serba salah ketika pelaku adalah orang yang dekat dengan orang tua mereka. Lebih buruk lagi jika orang tua tidak memercayai ucapan mereka. Maka menghindar jadi satu-satunya cara melarikan diri dari aksi kekerasan.