Tips dan Trik untuk Anak Hiperaktif Hadapi Bullying

Ilustrasi anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Anak hiperaktif seringkali dianggap mengganggu di sejumlah lingkungan. Padahal mereka memang menyibukkan diri dengan cara mereka sendiri yang belum tentu dilakukan oleh anak-anak normal pada umumnya.

Veronica Tan Sebut Ekonomi Perempuan Tak Terjamin Jadi Penyebab Masalah Mental Health hingga Bullying

Anak hiperaktif bahkan kerap kali dianggap aneh dan ekstrem, sehingga mereka sering di-bully dan dikucilkan. Hal ini sesuai dengan pengalaman Brandon Tanu, putra dari sosialita Wanda Ponika yang sejak kecil mengalami hal demikian.

Untuk itu, dia merilis buku berjudul Bully Aja, I Don't Care. Buku ini mengupas bagaimana tips dan trik anak hiperaktif menghadapi cemoohan, hinaan dan cacian  di lingkungan. Seperti yang dialami oleh Brandon.

Pilu, Angka Kasus Bunuh Diri di Indonesia Meningkat! Didominasi Anak di Bawah 15 Tahun

"Tips pertama, bukan memberontak kepada bullying tapi hanya stand up for yourself untuk diri kita sendiri. Kita harus menyadari mengapa mereka bully kita. Karena mereka tidak punya apa yang kita punya," kata Brandon lewat keterangan tertulis kepada VIVA, Sabtu, 6 April 2019.

Peluncuran Buku, Bully Aja I Dont Care

Areum Eks T-ara Buka Suara Soal Ancaman dan Bullying yang Dilakukan Hyo-young

Saat masih berusia 10 tahun duduk di kelas 4 Sekolah Dasar (SD), Brandon tak bisa diam. Dia selalu berlari di dalam kelas, bahkan di bawah kolong meja. Setiap menjawab pertanyaan guru, dia selalu naik ke atas meja.

"Awalnya kami pikir anak ini kok aktif sekali, dia menunjukkan ternyata sambil dia lari ternyata dia sambil mendengarkan dan belajar. Mengapa dia dibully dan dianggap aneh karena sistem pendidikan di Indonesia tidak dirancang untuk anak-anak di luar dari normal, tingkat kecerdasan lebih tinggi dari normal, jadi guru ngomong dikit dia sudah tahu," tutur motivator James Gwee yang memberi training kepada Brandon.

Alhasil, kini Brandon menjadi coach dalam program Dream Achiever untuk anak-anak yang "istimewa". Mental menurun tak jarang dialami oleh anak-anak yang kerap di-bully.

Mereka butuh dukungan yang lebih. Selain itu, anak-anak hiperaktif disarankan jangan takut berpendapat dan menyendiri.

"Semua orang pasti merasa down, tapi kayak selama ini I had support dari banyak orang, orang tua dan sekolah untuk membantu saya keluar dari posisi down tersebut. Kita harus belajar tidak mengeluarkan reaksi karena seorang bully tambah bully saat dia melihat kita. Dengan kita tidak kasih reaksi apa-apa, mereka tidak bisa berbuat apa pun," ujar Brandon.

Aruma

Siapa Sangka, Aruma Pernah Jadi Korban Bully

Pada malam terakhir MPLS, ia menjadi korban intimidasi oleh sekelompok siswa senior. Aruma mengenang kejadian tersebut.

img_title
VIVA.co.id
20 November 2024