Ini Dampak Psikologis Jika Anak Dilibatkan Dalam Kampanye Politik
- VIVAnews/Erick Tanjung
VIVA – Baru-baru ini kembali tersebar sebuah video yang menunjukkan anak-anak yang dilibatkan dalam kampanye politik salah seorang calon presiden. Mirisnya hal itu justru terjadi di sekolah.
Meski hingga kini masih ditelusuri lokasi diambilnya video tersebut, Komisioner Bidang Hak Sipil dan Partisipasi, Komisi Perlindungan Anak, Jasra Putra sangat prihatin dengan diikutsertakannya anak dalam pusaran kampanye politik.
Padahal, menurutnya, dalam Undang-undang Perlindungan Anak dan Undang-undang Pemilu sendiri disebutkan bahwa anak dilarang untuk dilibatkan dalam kampanye politik. Hal ini lantaran akan membawa dampak buruk pada anak.
"Dampaknya kalau memang dilakukan di area sekolah jelas jam belajarnya terganggu. Dan dampak yang jelas terjadi waktu Pilkada DKI yang justru dibully karena berbeda pilihan politik oleh teman-temannya bahkan sampai pindah sekolah," ungkap Jasra saat dihubungi VIVA, Selasa, 26 Februari 2019.
Ia juga menyayangkan bahwa dari pihak guru dan orangtua yang diharapkan bisa lebih mengedukasi anak justru terbelah dan juga terseret dengan suasana politik. Terlebih, lanjut dia, suasana politik hari ini jauh dari kata santun.
"Saya melihat situasi politik ini sangat tidak santun dan tidak cocok bagi tumbuh kembang anak, kita khawatir kalau anak dibawa dalam proses politik muncul diskriminasi, sementara anak tetap anak, kemudian lebih jauh kepentingan terbaik," kata Jasra.
Selain itu, Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti juga menyayangkan pembiaran yang dilakukan oleh para guru. Padahal sekolah adalah zona yg seharusnya steril dari politik.
"Guru seharusnya tidak boleh membawa pandangan politiknya ke dalam kelas, apalagi mengeksploitasi anak dengan diminta menyanyikan lagu memilih capres tertentu. Sama anak yang sudah punya hak pilih saja kalau di sekolah tidak boleh dipengaruhi, apalagi ini anak SD," kata dia. (ldp)