Ini Dampaknya Jika Anak Kekurangan Asupan Omega 3 dan 6
- Pixabay
VIVA – Kekurangan asam lemak esensial seperti omega 3 dan omega 6, sangat berpengaruh pada gangguan perkembangan kognitif dan pengelihatan anak. Omega 3 terdiri dari dari ALA, EPA, DHA, dan omega 6 asam linoleat. Asam lemak tersebut, tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari makanan.
Hal tersebut dijelaskan langsung oleh Prof. Ahmad Sulaeman dari Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB), yang dijumpai di sela-sela diskusi 'Kekurangan Omega-3 Pengaruhi Intelegensia Anak'.
Asupan makanan yang kaya akan omega 3, salah satunya adalah ikan. Sedangkan kandungan omega 6, dapat dijumpai pada tempe dan kacang-kacangan.
"Omega 3 sangat diperlukan dalam pembentukan janin. Seperti diketahui, DHA (Docosehaxaenoic Acid) berperan untuk pembentukan sistem saraf, contohnya untuk retina dan otak," kata Ahmad di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat 22 Februari 2019.
Dikatakan Ahmad, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Pedicatrics edisi Agustus 2001 lalu, mengatakan bahwa DHA dan asam lemak omega lain bermanfaat untuk penglihatan, pergerakan, dan perbendaharaan kata balita.
Maka dari itu, Ahmad menganjurkan bayi yang berusia di atas 6 bulan wajib mengonsumsi omega 3. Kebutuhan asupan asam lemak esensial pada anak akan semakin meningkat, seiring bertambahnya usia.
Untuk bayi berusia enam bulan, bisa dikatakan cukup asupan omega 3 apabila bayi tersebut mengonsumsinya sebanyak 0,5 gram per hari, dan kebutuhan omega 6 lebih tinggi lagi, yakni 4,4 gram per hari. Jumlah tersebut masih dapat dipenuhi dari tambahan, saat mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI).
Ahmad menegaskan, kebutuhan omega 3 bertambah menjadi 0,7 gram dan omega 6 menjadi tujuh gram per hari bagi bayi di atas enam bulan. ASI sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan omega 3 dan 6 mereka, sehingga harus diberikan makanan pendamping ASI yang kaya asam lemak esensial.
Tak hanya Ahmad, di kesempatan yang sama, dr. Bernie Endyarni Medise SpA(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) dan dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, memaparkan pentingnya memberi asupan omega 3 dan 6 di 1.000 hari pertama kehidupan anak.
1.000 hari pertama kehidupan merupakan pada saat masih di dalam kandungan hingga anak tersebut berusia dua tahun. Menurut Bernie, masa itu (1.000 hari pertama kehidupan) menjadi periode emas bagi pertumbuhan sang buah hati, sekaligus sangat krusial.
"Pertumbuhan sel otak terjadi sangat cepat pada 1.000 hari pertama kehidupan. Pembentukan sel-sel otak membutuhkan asam lemak esensial," kata Bernie.
Dikatakan Bernie, ada beberapa contoh dampak anak kekurangan asupan omega 3 dan 6, yakni terganggunya pertumbuhan anak, gangguan imun mental, lemah, skin antrophy, kulit kering, gangguan penglihatan, edema, moody, rewel, dan gangguan konsentrasi.
Tidak hanya bayi dan anak-anak yang membutuhkan asupan omega 3 dan 6, wanita di usia subur dan ibu hamil juga sangat membutuhkan asupan tersebut.
Jurnal Internasional The Lancet membeberkan bahwa wanita yang sering mengonsumsi seafood di masa kehamilannya, maka dipercaya dapat meningkatkan IQ bayi yang dikandungnya.
Maka itu, ibu yang sedang mengandung disarankan mengonsumsi sumber makanan kaya DHA sebanyak 340 gram per minggu. "Sayangnya di Indonesia, masih ada mitos-mitos di sejumlah daerah bahwa ibu hamil dilarang makan ikan atau seafood," kata Bernie.
Walau tidak menyukai seafood, ada beberapa alternatif makanan yang mengandung omega 3 dan 6, seperti ikan, tempe, kacang-kacangan atau susu yang difortifikasi (kaya nutrisi).
Perlu diketahui pula bahwa asam lemak kompleks seperti omega 3 6, sangat mudah teroksidasi. Contohnya, jangan mengonsumsi ikan yang sudah digoreng berulang-ulang, karena kandungan gizi yang terdapat di dalam ikan tersebut sudah berkurang. Maka itu, mulailah mengolah makanan yang mengandung dua jenis nutrisi tadi secara teliti dan hati-hati. (asp)