Ini Tantangan Ketahanan Keluarga Zaman Now
- Pixabay/ myphotojourneys
VIVA – Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga, Majelis Ulama Indonesia akan menyelenggarakan Kongres Muslimah Indonesia ke-2. Kongres ini rencananya akan digelar pada 17-19 Desember 2018 di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat.
Tema Kongres Muslimah Indonesia ke-2, yaitu “Ketahanan Keluarga dalam Membentuk Generasi Berkualitas di Era Globalisasi”. Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga, Majelis Ulama Indonesia (PRK MUI) Azizah mengatakan, peran perempuan dalam ketahanan keluarga dinilai sangat penting.
Perempuan terutama kaum ibu, dia menjelaskan, memiliki andil besar dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik, psikis maupun psikososial. Ibu juga menjadi manajer dan penjaga keutuhan, kehormatan dan ketenteraman rumah tangga serta menjadi kontributor ekonomi keluarga.
"Peran ibu yang optimal menyumbangkan kekuatan, kestabilan, dan ketangguhan pada keluarga, dan pada akhirnya konsistensi institusi keluarga membentuk pilar-pilar kokoh bagi kekuatan suatu bangsa," kata Azizah di kantor MUI, Jakarta Pusat, Jumat, 14 Desember 2018.
Menurutnya, ketahanan keluarga yang kokoh saat ini mendapat tantangan yang besar dari masyarakat. Ia pun memberi contoh kasus bom bunuh diri di Surabaya pada Mei 2018. Pada kasus itu, publik dibuat terkejut lantaran seorang ibu membawa semua anaknya dalam aksi tersebut.
Selain radikalisme, kata Azizah, perceraian menjadi momok ketahanan keluarga. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI pada tahun 2010 itu menyatakan bahwa dari 2 juta orang yang menikah setiap tahun, ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian. Dan jumlahnya selalu meningkat, di mana 70 persen penggugat cerai adalah istri dengan alasan suami tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Fenomena keroposnya ketahanan keluarga juga terlihat pada remaja. KPAI merilis bahwa 70 persen kasus lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) disebabkan karena lingkungan.
"Menjamurnya video-video artis luar negeri merupakan model yang mudah diimitasi remaja. Remaja kita beragama Islam, namun gaya hidupnya jauh dari tuntunan Islam. Alih-alih melantunkan hafalan Alquran, lidah remaja Muslim Indonesia lebih fasih menyanyikan lagu hit milik Blackpink, 'Ddu-du ddu-duu' untuk menenangkan dirinya," tutur dia.
Masalah kesehatan juga menggerogoti ketahanan keluarga. ASEAN Milenium Development Goals (MDGs) tahun 2017 menunjukkan bahwa pada tahun 2015, angka kematian ibu saat melahirkan mencapai 305 per 100 ribu kelahiran atau posisi tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Laos sebanyak 357 per 100 ribu kelahiran.
Dari uraian di atas, KPRK-MUI sangat berkepentingan untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia melalui penguatan dan optimalisasi peran perempuan secara
berkesinambungan dalam membangun ketahanan keluarga yang berlandaskan pada ajaran Islam yang bersumber pada Alquran dan Sunah Rasulullah SAW.
Oleh karenanya, Komisi PRK-MUI merasa perlu melakukan langkah strategis untuk meningkatkan penguatan ekonomi, hukum, sosial, pendidikan dan dakwah bagi perempuan.
"Pada akhirnya ketahanan keluarga menjadi salah satu pilar terwujudnya Ketahanan Nasional. Untuk itu, Kongres Muslimah Indonesia ke-2 (KMI-2) penting dilaksanakan di tahun 2018," kata Azizah.
Rencananya, Kongres Muslimah ke-2 akan dihadiri lebih kurang 200 peserta, yang terdiri atas pimpinan MUI Pusat, pimpinan Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga MUI Provinsi seluruh Indonesia, ormas Islam perempuan tingkat pusat se-Indonesia, pimpinan organisasi perempuan internasional, ulama perempuan, dan instansi terkait.
Kongres Muslimah ke-2 ini akan dibuka secara resmi oleh Ketua Umum MUI KH. Ma’ruf Amin dan dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan pemberian pengarahan oleh Jenderal Purnawirawan Ryamizard Ryacudu sebagai menteri Pertahanan. (art)