Riskesdas 2018: Jumlah Anak Kurus dan Obesitas di Indonesia Turun
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA – Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2 persen (Riskesdas 2013) menjadi 30,8 persen.
Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari 19,6 persen (Riskesdas 2013) menjadi 17,7 persen. Pengumpulan data ini dilakukan pada 300 ribu sampel rumah tangga atau 1,2 juta jiwa.
"Pada gizi buruk dan kurang terdapat penurunan sejak 2013 ke 2018 sebesar 1,9 persen. Penurunan tertinggi ada di wilayah Riau, Bali dan Bengkulu," ujar Kepala Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Joko Irianto dalam paparan hasil Riskesdas 2018, di Gedung Kemenkes RI, Jumat 2 November 2018.
Sementara penurunan balita yang pendek dan sangat pendek menurun sebesar 6,2 persen. Angka penurunan tertinggi ada di DKI Jakarta menjadi 17 persen.
"Sebelumnya di DKI Jakarta tahun 2013 sebesar 27,5 persen dan sekarang 17 persen. Tapi permasalahan masih ada di Aceh, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur," kata dia.
Sementara itu, pada status gizi kurus, sangat kurus dan gemuk pada balita juga mengalami penurunan. Di mana gizi sangat kurus dan kurus tahun 2013 ke 2018 dari 12,1 persen menjadi 10,2 persen.
Angka obesitas pun menurun dari 11,8 persen menjadi 8 persen. Namun, di wilayah timur seperti Papua, penurunannya belum terasa begitu bermakna.
"Karena stunting menurun, obesitas juga ikut menurun. Karena seiring perkembangan balita tersebut, tubuhnya ikut memanjang. Indikasi pengukuran status gizi anak kan dilihat dari berat badan dan tinggi badan," ungkap Menkes Nila F Moeloek di kesempatan yang sama.