Bunda, Kenali 3 Alasan Si Kecil Sulit Makan
- Pixabay/ avitalchn
VIVA – Penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan, balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15 persen) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).
Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani, dan diperparah dengan gejala picky eater atau faktor lainnya yang membuat anak sulit makan di masa tumbuh kembang.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Sudibyo Supardi, peneliti di National Institute of Health Research and Development terhadap anak prasekolah di Jakarta tahun 2015 menunjukkan hasil prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6 persen.
Adapun 44,5 persen di antaranya menderita malnutrisi ringan sampai sedang dan 79,2 persen dari subjek penelitian telah mengalami kesulitan makan lebih dari 3 bulan. Kelompok usia terbanyak mengalami kesulitan makan adalah usia 1 sampai 5 tahun (58 persen). Sebanyak 43 persen anak yang mengalami kesulitan makan mengalami gizi buruk.
Bahaya stunting pada gizi buruk
Di Indonesia, tahun 2012, terdapat sekitar 53% anak di bawah usia 5 tahun menderita gizi buruk yang disebabkan oleh kurangnya makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi sehari-hari (Depkes, 2012). Kondisi ini menyebabkan banyak anak Indonesia mengalami stunting.
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6 persen di atas batasan yang ditetapkan WHO (20 persen).
Berikut beberapa alasan si kecil enggan mengonsumsi makanannya berdasarkan penelitian yang sama, dikutip VIVA Senin 8 Oktober 2018.
1. Perkembangan psikis
Pada usia prasekolah, anak mengalami perkembangan psikis menjadi lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya, serta lebih mengekspresikan emosinya. Sifat perkembangan yang terbentuk ini dapat memengaruhi pola makan anak.
Hal tersebut menyebabkan anak terkadang bersikap terlalu pemilih, misalnya cenderung menyukai makanan ringan, sehingga menjadi kenyang dan menolak makan saat waktu jam makan. Anak juga sering rewel dan memilih bermain saat orangtua menyuapi makanan.
"Kasus sulit makan salah satunya disebabkan anak rewel dan merasa tidak senang atau marah (22,9 persen)," tulis peneliti.
2. Picky eater
Kebanyakan kasus sulit makan berupa menghabiskan makanan kurang dari sepertiga porsi (27,5 persen), menolak makan (24,8 persen), hanya menyukai satu jenis makanan (7,3 persen), hanya mau minum susu (18,3 persen).
Picky eater bisa membuat anak kekurangan asupan gizi yang selanjutnya menyebabkan anak mengalami gizi buruk. Picky eater bisa menjadi gejala yang merugikan kesehatan anak apabila tidak segera diatasi.
3. Suka mengemut
Anak yang kesulitan makan biasanya memerlukan waktu lebih deal 1 jam untuk makan (19,3 persen). Ada pula kebiasaan mengemut (15,6 persen) yang memicu gizi anak kurang mencukupi.