Alasan Botol Dot Tak Boleh Digunakan Bayi
- Pixabay/Ben_krckx
VIVA – Dot dan bootol susu, sering digunakan para ibu untuk membuat bayi tenang. Bahkan tak jarang, dot dan botol susu digunakan sejak bayi baru dilahirkan. Lalu adakah efek samping dari penggunaan dot dan botol susu untuk bayi?
Ketua Sentra Laktasi Indonesia dr. Wiyarni Pambudi mengatakan, akan lebih baik, bayi baru lahir diperkenalkan dengan air susu ibu (ASI) dengan cara menyedotnya langsung dari payudara, tanpa botol susu dan dot. Namun tak jarang, bayi baru lahir, langsung diberi dot dan botol susu. Padahal, menyusui langsung dari payudara ibu, sangat bermanfaat untuk bayi. Bukan hanya bermanfaat melatih koordinasi ibu dan bayi, tapi juga melatih otot-otot bayi untuk menghisap.
Untuk ibu bekerja yang tetap ingin memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, kebanyakan pun memerah air susunya dan dimasukkan dalam botol dot. Namun ternyata, pemberian ASI perah kepada bayi dengan cara ini tidak disarankan, terutama saat pemberian ASI eksklusif 6 bulan.
"Yang sangat ditentang adalah pemberian botol dot pada bayi sehat," jelas Wiyarni dikutip dari siaran pers Kementrian Kesehatan RI.
Akibat yang akan timbul jika menyusui menggunakan botol dot di antaranya bayi akan lebih tertarik untuk menyusui melalui botol dot dibandingkan melalui payudara ibu. Hal itu terjadi karena menyusui melalui botol dot lebih mudah dilakukan bayi.
Pemberian ASI melalui botol dot, menurut Wiyarni biasanya dilakukan akibat kondisi medis pada bayi yang lahir prematur karena bayi tersebut memerlukan perangsang untuk refleks hisapnya. Hal itu merupakan keputusan medis dan diperbolehkan.
Selain karena kondisi medis, alasan lain yang menyebabkan ibu memberikan ASI menggunakan botol dot adalah karena ibu bekerja di luar rumah. Sehingga ibu tak selalu bisa menyusui langsung dari payudaranya.
Wiyarni menambahkan permasalahan utama yang terjadi adalah ibu bekerja masih banyak yang tidak mengetahui adanya teknik ASI perah tanpa menggunakan botol dot. Pemberian ASI perah sebaiknya menggunakan sendok, gelas, maupun pipet.
Selain itu, meski sibuk bekerja, selalu sempatkan diri untuk menyusui bayi secara langsung, misalnya sebelum berangkat ke kantor atau sepulang kerja. Wiyarni menyarankan agar mendapatkan informasi yang tepat untuk bayi, ibu dapat mengikuti kelas hamil sebelum melahirkan bayi dan membaca Buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA).