Cara Tepat Mendeteksi Anak Gagal Tumbuh
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Masalah bayi stunting atau gagal tumbuh atau juga disebut weight faltering sejak beberapa tahun belakangan telah menjadi sorotan pemerintah. Lewat berbagai program yang dicanangkan, pemerintah berusaha mengurangi jumlah stunting di Indonesia.
Meski menjadi perhatian, ternyata cara mengukur bayi ataupun anak itu stunting atau tidak masih salah. Seperti melakukan pengukuran badan tanpa dipegang oleh dua orang, atau mengukur masih dengan baju lengkap.
Secara kasat mata, anak yang mengalami weight faltering tidak tampak berbeda. Begitupun dengan anak stunting, tidak terlihat kurus atau peyot, hanya pendek. Ini hanya bisa diketahui dengan grafik pertumbuhan. Itulah mengapa menimbang berat badan bayi di Posyandu tiap bulan sangat penting.
“Menimbang harus benar. Bayi harus dibuka bajunya. Selisihnya bisa berbeda 0,5 kilogram dengan memakai baju,” ucap Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik FKUI/RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), dalam diskusi yang diselenggarakan Forum Ngobras di Paradigma Café
Damayanti juga berkata, "Celana dalam dan kaus dalam masih boleh dipakai, terutama pada anak yang sudah agak besar".
Dia menyayangkan tidak adanya alat untuk mengukur tinggi badan di Posyandu, padahal mengukur tinggi badan sama pentingnya dengan berat badan.
"Untuk mengukur tinggi badan, pada anak kurang dari 2 tahun, dilakukan dengan berbaring. Kepala anak harus menyentuh batas alat, kaki harus lurus benar, agar pengukurannya tepat," ujarnya.
Sementara itu, pada anak usia di atas dua tahun, pengukuran dilakukan sambil berdiri. Berat badan dan tinggi badan anak selanjutnya diplot, dimasukkan ke grafik pertumbuhan.
"Bila ditemukan melenceng atau berada di bawah grafik, harus segera dirujuk ke dokter. Jangan tunggu sampai makin melenceng," kata Damayanti sambil menekankan untuk juga mengukur dan memantau lingkar kepala anak.