Pola Asuh Orangtua yang Bikin Anak Jadi Boros saat Dewasa
- Pixabay
VIVA – Baru-baru ini ahli psikologi klinis melontarkan pernyataan tentang gangguan mental yang terkait dengan kegemaran seseorang berbelanja. Astrid Mueller, nama profesor dari Hannover Medical School Jerman itu. Menurutnya, orang yang doyan banget belanja, membeli barang-barang berdasarkan keinginan semata, berarti mengalami gangguan jiwa.
Istilah medis yang mengacu pada orang-orang dengan kondisi tersebut, yaitu Compulsive Buying Disorder (CBD). Nama lainnya, oniomania alias kecanduan belanja.
"Sudah waktunya, untuk mengenali gangguan belanja kompulsif sebagai suatu gangguan kesehatan mental, sehingga kami dapat membantu mengembangkan metode perawatan dan diagnosis yang lebih baik," kata Mueller, dikutip dari Independent.
Mungkin Anda berpikir, memangnya apa yang salah dengan gemar membeli barang dan belanja? Bukankah itu salah satu bentuk apresiasi pada diri sendiri yang sudah bekerja keras, dan wajar dong kalau uang yang saya hasilkan dialirkan untuk memanjakan diri?
Ya, memang benar. Tidak ada yang salah dengan hobi belanja atau membeli barang-barang favorit. Yang dimaksud dengan oniomania atau CBD adalah jika kegiatan belanja itu sudah masuk tahap kecanduan. Dan sudah tentu perilaku terhadap uang sangat boros.
Ditegaskan psikolog dari NTO International, Novita Tandry, M. Psych., "Dikatakan gangguan kejiwaan kalau sudah sampai dia tidak bisa lagi memperhitungkan pengeluaran dan pemasukannya, sampai berutang sana-sini, demi belanja, kondisi keuangannya porak-poranda, sudah jatuh miskin pun masih ingin terus belanja," kata Novi dalam sambungan telepon pada VIVA, Rabu 8 Agustus 2018.
Nah, salah satu faktor seseorang bisa menjadi kecanduan belanja ternyata berawal dari pola asuh di keluarga. Di mana orangtua seharusnya memberi pemahaman dan edukasi finansial pada anak, ternyata malah luput.
"Bisa juga sejak kecil tidak dididik, untuk membeli apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Apa itu need apa itu want. Kalau anak-anak tidak diajarkan sejak kecil, mereka akan rancu atau bias," ujar Novi.
Menurut Novi, anak-anak sejak kecil harus sudah diajarkan jika mau belanja, harus membuat daftar barang yang akan dibeli, dan mereka harus berlatih untuk patuh, artinya tidak membeli barang di luar yang sudah tertera dalam ceklis itu. "Kita mau ke supermarket, kita mau beli ini, selain itu kita tidak beli," kata Novi.
"Ajarkan juga anak agar tidak lapar mata. Jadi dari rumah, misalnya sudah makan dulu, sudah minum dulu. Jadi pergi ke supermarket sudah kenyang," ujar Novi menambahkan.