Asal Mula Kiki Challenge dan Dampak Psikologisnya Bagi Remaja
- YouTube
VIVA – Beberapa waktu belakangan ini, masyarakat dibuat heboh dengan tren berjoget di sisi mobil yang tengah berjalan. Joget ini dikenal dengan nama Kiki Challenge. Video orang-orang yang melakukan tantangan ini pun sudah tersebar di berbagai laman media sosial.
Kiki challenge adalah sebuah tantangan di mana seseorang harus berdansa dengan gerakan tertentu diiringi lagu 'In My Feelings' dari Drake, sambil berjalan di sisi mobil yang melaju. Sudah banyak yang mencoba melakukan tantangan ini, sebagian besar berhasil namun tak sedikit yang akhirnya mengalami luka serius.
Dilansir dari laman Times of India, tantangan ini diinisiasi oleh seorang komedian dan influencer media sosial, Shiggy. Dia memiliki 1,6 juta pengikut di akun Instagramnya. Pada 30 Juni, Shiggy membuat sebuah kiriman video pertama kalinya yang memperlihatkan Kiki Challenge, dan hingga hari ini ratusan orang sudah mengikuti jejaknya.
Menariknya, Kiki challenge versi Shiggy tidak melibatkan mobil atau sedang mengendarai mobil. Dia hanya berdiri di sisi jalan sambil berjoget dengan lagu yang sama. Dia mengikuti apa yang juga dilakukan selebriti lain seperti Will Smith dan Lil Mama.
Namun, tren keluar dari mobil dan berjoget dimulai oleh sekelompok remaja, yang sayangnya inilah yang kemudian menjadi viral. Hingga kini, aksi tersebut sudah diikuti oleh jutaan remaja dan anak muda di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Menurut presiden Indian Association of Mental Health Counselors Dr. Damanjit Sandhu, remaja dan dewasa muda sangat rentan terhadap tantangan seperti ini karena mereka tengah mengalami perubahan hormon. Mereka cenderung berani mengambil risiko dan karena itu mereka suka bertaruh melakukan tindakan berbahaya.
Sandhu menambahkan, ada dua cara di mana egosentrisme remaja bermanifestasi. Pertama, melalui audiensi imajiner, dan kedua, melalui personal.
Cara pertama merujuk kepada kecenderungan remaja untuk selalu berimajinasi bahwa mereka melakukan pertunjukkan di depan penonton dan karena itu, mereka asyik dengan apa yang mereka lakukan. Kedua, mengacu kepada kepercayaan diri bahwa mereka memiliki unik dan ingin eksis.
Selama masa pubertas, ada kelebihan hormon dopamin dalam tubuh remaja, yang berguna untuk mencapai kematangan seksual. Dopamin adalah hormon perasaan senang dan bisa mendorong remaja mencari kenikmatan melalui sesuatu yang menegangkan, stimuli yang konstan dan penghargaan.
Para ahli yakin bahwa penting bagi orangtua untuk memastikan bahwa anak-anak mereka memahami bahwa tantangan seperti itu hanya sementara dan bukan suatu cara untuk membangun kepercayaan diri seseorang. Association of Mental Health Counselor yakin bahwa melibatkan teman sebaya dan membuat orangtua mau mendengarkan mereka adalah hal yang perlu dipupuk.
Para ahli mengatakan, pelatihan teman sebaya adalah alat yang paling kuat untuk membantu anak menghadapi pikiran rentan yang mereka miliki itu secara efektif.