Cara Mengatasi Kecanduan Gadget Anak Usia Dini
- Istimewa
VIVA – Bagai dua mata pisau, gadget bisa jadi hal yang positif dan negatif bagi anak tergantung bagaimana orangtua mendidik anak mereka menggunakan gaddget.
Psikolog yang aktif sebagai inisiator gerakan 'Semua Murid Semua Guru' Najellaa Shihab menekankan pentingnya membangun komunikasi yang baik antara orangtua dan anak dalam mengguakan gadget.
Menurutnya, dalam hal mengontrol penggunaan gadget oleh anak secara berlebihan, para orangtua akan lebih efektif menggunakan cara-cara persuasif dibanding upaya pelarangan yang justru akan membuat anak semakin penasaran.
"Masalah caranya gimana, tinggal teknik komunikasinya itu. Jadi ngelarang anak juga harus pake empati. Kita enggak bisa ngelarang pake kata 'jangan'. Cari upaya lain seperti misalnya ajak dia bikin sesuatu yang seru, dan tanya maunya main apa selain main gadget," kata Ela dalam acara bertajuk 'Tips Cerdas Mendidik Anak di Era Digital' oleh Shopee di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu 21 Juli 2018.
Selain itu, masalah konsistensi untuk tegas menjadwalkan dan mengontrol penggunaan gadget oleh anak-anak, merupakan salah satu poin yang ditekankan Ela dalam pembahasannya tersebut.
Saat ditanya bagaimana jika sang anak tergiur menggunakan gadget akibat teman sepermainannya juga menggunakan benda itu, Ela menegaskan bahwa pembelajaran akan nilai utama dari maksud pembatasan penggunaan gadget kepada anak-anak itu lah kunci utamanya.
"Yang kita harus ingat ini bukan cuma soal gadget-nya, tapi gimana mengajarkan anak menghadapi pressure di sekelilingnya. Jadi harus konsisten, bukan soal larangannya, tapi soal value-nya," kata Ela.
Oleh karenanya, konsistensi penanaman nilai dan upaya pencegahan dengan gaya berempati, merupakan pekerjaan rumah terbesar bagi para orangtua atas penggunaan gadget bagi anak-anaknya.
"Jadi tegas tuh enggak berarti galak. Bisa juga pakai empati. Kan bisa kita bilang, 'Ok ya, mamah ambil ya gadgetnya', tapi enggak pakai marah gitu," kata Ela.
"Meskipun sama-sama harus kita sadari bahwa hal itu memang susah. Karena mengubah perilaku tuh enggak bisa dengan sekali seminar seperti ini. Ini sih bukan pekerjaan tiga harian, tapi memang pembuktian tiga minggu atau bahkan lebih," ujarnya.