Gawat, 47 Persen Siswa SD Belum Terampil Membaca
- ANTARA/Sigid Kurniawan
VIVA – Hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) tahun 2016 yang dilakukan Kemendikbud menunjukkan, 46,83 persen siswa SD masih belum terampil membaca. Padahal keterampilan membaca adalah kunci bagi anak bisa belajar dan berkembang.
Meningkatkan keterampilan membaca siswa sekolah dasar menjadi tantangan pendidikan di Indonesia. Hanya dengan terampil membaca, anak bisa mempelajari semua mata pelajaran.
Terampil membaca berarti anak mampu membaca, paham isi bacaan yang dibacanya, dan mampu mengembangkan isi bacaan itu dengan bahasa sendiri. Universitas Borneo Tarakan (UBT) bekerjasama dengan program kemitraan pendidikan Inovasi untuk ‘Anak Sekolah Indonesia’ (INOVASI) menggelar Seminar Nasional Pembelajaran Literasi Kelas Awal dengan tema Mencerdaskan Indonesia dari Kelas Awal.
"Dibutuhkan intervensi agar keterampilan membaca anak-anak kelas awal meningkat. Ketersediaan buku yang relevan, metodologi mengajar yang efektif, sumber daya guru yang berkualitas dan kesempatan untuk membaca, merupakan kunci penting untuk membantu anak terampil membaca," ujar Prof. Dr. Drs. Adri Patton, M.Si, rektor UBT pada keterangan tertulis dari Universitas Borneo Tarakan (UBT), Selasa, 17 Juli 2018.
Untuk menghadirkan semua aspek tersebut, membutuhkan kerja sama pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno, mengatakan bahwa keterampilan tidak tumbuh begitu saja melainkan harus diajarkan dan dilatih sejak dari awal sekolah.
"Itu sebabnya keterampilan membaca menjadi kunci keberhasilan anak belajar di masa depan. Semakin baik keterampilan anak membaca, semakin baik pula prestasi belajarnya," kata dia.
Sementara itu, Mary Fearnley-Sander, Ph.D, Penasihat Strategi dan Perencanaan program INOVASI berkata, keterampilan literasi berkontribusi besar untuk mengembangkan kemampuan anak berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills-HOTS). Dibutuhkan perubahan kebijakan guna mendorong guru mampu mengubah proses pembelajaran serta memperkuat dukungan sekolah dan masyarakat agar bisa mencapai dua tujuan literasi di Indonesia.
"Tujuan yang pertama adalah peningkatkan level literasi yang lebih kompetitif, dan kedua adalah pengembangan seluruh potensi anak melalui penumbuhan budi pekerti di sekolah," terangnya.