Ridwan Kamil Patah Hati Anaknya Tak Lolos Masuk SMP Negeri
- VIVA.co.id/Syaefullah
VIVA – Beberapa tahun belakangan ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan pendaftaran siswa baru tingkat SD hingga SMA/SMK dengan sistem Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online.
Sistemnya sudah dirancang untuk melakukan otomasi seleksi penerimaan siswa baru, mulai dari proses pendaftaran, proses seleksi, hingga pengumuman hasil seleksi.
Skema penyeleksian siswa baru menerapkan tiga jalur, yaitu jalur zonasi, jalur prestasi, dan jalur khusus. Dengan demikian, calon peserta didik harus bersaing untuk merebut kursi kuota siswa baru melalui jalur-jalur tersebut.
Tidak terkecuali Zara, anak Gubernur Jawa Barat terpilih, Ridwan Kamil. Zara mendaftar ke SMPN 2 Bandung. Sayangnya, ia tidak diterima karena tergeser oleh kuota sistem zonasi PPDB Kota Bandung.
Ridwan Kamil lantas mengabarkan di laman media sosialnya. Bahkan, ia juga bercerita tentang kekecewaan Zara dan rasa patah hati sebagai orangtua.
"Zara, anak perempuan saya, NEM nya bagus dan mendaftar ke SMPN 2 Bandung. Namun ia tidak diterima karena tergeser oleh kuota sistem zonasi PPDB Kota Bandung versi awal, sebelum yang sekarang. Zara tidak terima. Ia merasa ini tidak adil. Ia menangis dan bertanya-tanya. Saya pun sebagai ayahnya ikut patah hati," keterangan Ridwan Kamil di unggahan foto Zara, Rabu, 11 Juli 2018.
Meski kecewa, Ridwan Kamil mencoba membesarkan hati Zara dengan memberi pengertian supaya tetap mematuhi peraturan.
"Namun Setelah saya terangkan perlahan, bahwa itu adalah sebuah peraturan yang harus kita hormati. Dan hidup yang mulia adalah hidup yang taat aturan dan syariat, akhirnya ia berhenti menangis dan mencoba paham."
Ridwan Kamil juga menyebutkan adanya pihak yang mendorong agar ia berbuat curang, mengambil jalan pintas menggunakan kekuasaannya, untuk memasukkan Zara di sekolah yang diminati.
"Banyak pihak tanya "Anda kan Walikota, Anda kan punya kuasa atuh, bisa kali nyelipin buat anaknya sendiri. Masa tega sih ama anaknya sendiri?!". Saya telan percakapan2 itu. Saya diskusikan panjang dengan Bu Cinta. Dan kami pun sepakat kami taati aturan aja walau pahit. Apa jadinya jika saya ikutan melanggar aturan diam-diam. Nilai hidup apa yang akan menempel seumur hidupnya Zara, jika ia kami paksa masuk dengan cara yang tidak baik. Maka pastilah ia akan meyakini bahwa berbohong itu boleh, demi sebuah tujuan. Nauzubillah."
Sebagai jalan tengah, Zara didaftarkan sekolah di SMP swasta. Ridwan Kamil berharap agar peristiwa pahit yang menimpa putrinya itu dapat menjadi pelajaran bagi keluarganya. Kesuksesan tidak selalu harus ditempuh dengan belajar di sekolah negeri.
"Dan Zara kini menyesuaikan diri, mencari bahagia dan gembira sekolah di SMP swasta. Semoga ini menjadi hikmah, bahwa mungkin kita tidak menyukai sebuah aturan yg membuat kita di pihak yang kalah. Namun aturan tetaplah aturan. Mari kita hormati. Kesuksesan tidak selalu harus dengan bersekolah di negeri. Kesuksesan datang dari bagaimana kita berdamai dengan takdir menyiasatinya dengan ikhtiar dan doa. Hatur Nuhun. Mari."