Bukan Cuma Hamil di Luar Nikah, Ini Sebab Tingginya Perkawinan Anak
- Pixabay
VIVA – Selama ini banyak yang menganggap bahwa kehamilan di luar nikah merupakan penyumbang terbesar akan tingginya angka perkawinan pada anak. Namun, anggapan itu ternyata keliru.
Menurut catatan Badan Pusan Statistik (BPS) dan Unicef pada 2015 mengenai perkawinan anak di Indonesia, bahwa banyak pernikahan anak yang terjadi sebagai upaya untuk mendukung kelangsungan hidup ketika mengalami kesulitan ekonomi.
Data tersebut didapat melalui penelitian yang mengacu pada hasil Susenas 2008-2012 dan Sensus Penduduk 2010. menurut Institute for Criminal Justice Reform hal itu disebabkan karena sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa peran perempuan adalah sebagai istri dan ibu yang lebih mungkin dinikahkan pada usia muda untuk menanggulangi masalah ekonomi keluarga.
Tak hanya itu, di beberapa daerah juga ditemukan alasan lain menikah muda adalah untuk menghindari perzinahan, atau hamil di luar nikah.
"Banyak orangtua yang khawatir anaknya berpacaran dan hamil di luar nikah. Karena itu banyak yang memilih untuk menikahkan anaknya, ketimbang memberikan edukasi. Jadi mereka berpikir daripada terjadi sesuatu mending dikawinin aja," ungkap Manajer Advokasi Plan International Indonesia Nadira Irdiana, saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 28 Juni 2018.
Di samping itu, menurut Nadira, banyak masyarakat yang menganggap bahwa perempuan adalah makhluk kelas dua setelah laki-laki. Hal ini membuat perempuan tidak mempunyai banyak pilihan akan hidupnya.
"Dan ketika ada pemberdayaan ekonomi kaum muda, banyak orangtua takut anak perempuannya pergi jauh untuk mencari pekerjaan layak," kata Nadira.
Ia melanjutkan bahwa masyarakat sadar, jika anaknya pergi jauh mereka dihadapkan pada ancaman kekerasan seksual yang cukup tinggi. Selain itu juga ada beberapa pekerjaan yang identik dengan laki-laki, sehinga hanya bisa diakses oleh laki laki.
"Ini membuat perempuan akhirnya hanya bisa bekerja di sektor pekerjaan dengan gaji yang rendah, belum lagi urusan kesenjangan gaji juga masih menjadi masalah."
Lebih lanjut menurutnya akar dari masalah pernikahan anak adalah soal ketidaksetaraan gender, sehingga banyak halangan bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan maupun pekerjaan.